Arsip untuk Oktober, 2011

Saat Pulang

Posted: 30 Oktober 2011 in Pengalaman
Tag:,

Dalam sekejap aku terbangun. Sambil berusaha menguasai keadaan dan melihat sekeliling, selintas aku melihat ke luar. Ternyata aku ada di persimpangan. Terlihat lampu berpijar berwarna merah di luar sebelah kanan bis yang aku naiki. Aku melihat sebelahku, tidak ada yang duduk di situ. Aku taruh tas travelling besarku di situ. Keberuntunganku menjadi salah satu penumpang pertama bis ini, sehingga aku bisa memilih tempat di belakang pak supir yang sedang bekerja.

Pijaran lampu berubah warna menjadi hijau, seiring dengan laju bis melanjutkan perjalanan. Tidak perlu waktu lama untukku kembali tidur. Terasa sebentar, saat kemudian aku merasa mendengar seseorang berteriak meminta semua penumpang untuk turun sebentar lagi. Aku melihat ke luar, melihat banyak kendaraan berjajar menunggu giliran. Aku teringat tadi saat naik bis diiringi hujan gerimis, dapat tempat duduk dan dengan nyaman tidur kemudian. Ternyata sejak membayar karcis tadi, aku tertidur sampai persimpangan tadi, kemudian tidur lagi sampai pelabuhan ini. Sekitar tiga jam, aku melihat jam yang terpampang di organizer elektronikku.

Ya, hari ini aku akan pulang, memulai segalanya kembali dari rumah. Mulai hari ini aku akan pulang, mulai hari ini aku tidak berkarya di luar kotaku, setidaknya sampai sekarang, dan mungkin sampai selamanya. Seiring dengan melajunya kapal meninggalkan pelabuhan, meninggalkan segala yang ada di sana untuk tidak dikenang.

Kebanyakan kontakku di FB kurang suka membaca, terutama artikel dan bacaan panjang yang tampil di Beranda mereka. Mereka lebih suka facebooking, chatting, statusing, sampe mancing. Sehingga beberapa artikel yang tampil akan terlewat begitu saja tanpa terbaca secara lengkap.

Aku mengaitkan semua postingku di Multiply, Blogger dan WordPress ke dalam akunku. Itupun ditambah dengan beberapa tritku di Kaskus. Jadi sebagai pengguna pasif tanpa aku masuk ke FB pun, akunku udah terisi setiap kali aku buat posting di ketiga akun blogku itu. Menurut pengamatanku, tak banyak yang mau baca lengkap artikel-artikel tadi.

Kebanyakan dari mereka membaca sekilas yang tampil aja, tanpa mau masuk ke link ‘Lihat Kiriman Aslinya’. Dan terkadang, dari bacaan sekilas itu udah muncul komeng-komeng dari pengertian yang tidak lengkap, termasuk membubuhkan tanda ‘Suka’ tanpa ada tanggapan apapun. Padahal banyak bacaan yang menempatkan kesimpulan dan intinya di paragraf-paragraf akhirnya, sehingga di paragraf awal hanya merupakan pengantar dan paparan masalah.

Kalo dari awalnya aja udah dikomeng dan didebat, udah pasti mereka gak baca keseluruhannya. Masih ditambah ada lagi yang melihat sekilas udah kasih tanda ‘Suka’ gitu aja, itu sih lebih mending daripada yang gak ngasih sama sekali. Mungkin melihat judulnya udah cukup kali, sehingga gak perlu baca sampe akhir. Kaya yang aku alami kemarin, tritku dari Kaskus yang aku tautkan ke FB hanya terlihat judulnya saja di Beranda, itu aja udah ada komeng dari kontak yang tidak lihat bagaimana isinya.

Mudah-mudahan yang di sini nggak ya, soalnya di sini kan orang-orangnya suka nulis, jadi pasti suka baca juga. Kalo udah liat dan baca, gak komeng pun gak apa-apa, asal tidak menimbulkan pengertian yang terpotong dari sebuah bacaan sehingga mengurangi arti keseluruhan bacaan itu sendiri. Didebat boleh, asal udah dibaca keseluruhannya.

Meletakkan file aplikasi dalam folder terbuka adalah sebuah kesalahan. Suatu saat kalo harddisk terkena virus Sality, maka file tadi akan terkena paling awal. Dan kalo file tersebut dieksekusi, maka dengan gemilang virus akan menyebar ke file-file aplikasi yang lain. Aplikasi dasar sistem operasi dengan program-programnya akan terinfeksi, kalo discan pake antivirus akan tidak bisa dibersihkan (hanya bisa dihapus), dan akhirnya sistem operasi harus diinstal ulang.

Kebanyakan virus ini selain menyebar dengan cara di atas, juga menyebar lewat perantaraan media penyimpanan seperti flashdisk. Bisa juga dari transfer file lewat jaringan. Malah ada juga yang menyebar dengan melalui printer yang diakses lewat jaringan (satu printer untuk beberapa komputer). Dan tidak ada cara yang lebih ampuh lagi selain format ulang harddisknya.

Tidak ada antivirus yang paling bagus. Yang bagus adalah antivirus yang diupdate secara rutin. Dan untuk mencegah virus seperti Sality tadi, berbagai macam antivirus udah bisa mendeteksi dan menghapus file yang terkena infeksinya. Pencegahan yang lain adalah tidak menyimpan file aplikasi yang terinfeksi, dan salah satunya juga tidak menyimpan file aplikasi di folder terbuka. Bahkan kalo file aplikasinya udah masuk CD tapi ternyata membawa infeksi, maka infeksi tadi terus terbawa dan keluar saat file itu disimpan di harddisk.

File aplikasi berekstensi *.exe adalah sarang utamanya. Untuk mencegahnya terinfeksi biasanya aku masukkan file tadi ke dalam folder terkompresi, bisa pake *.zip, *.rar, *.7z, ato kompresi yang lain. Ato kalo nggak gitu aku masukkan file ke dalam file image. Membuat file image yang paling mudah lewat Nero Burning Tool. Seperti membuat CD biasa, tapi drive tujuan diganti dengan Image Recorder, tidak mengarah ke drivenya. Kemudian simpan dengan nama (seperti nyimpen file biasa) dan proses dimulai.

Yang lebih lengkap biasanya aku pake Alcohol 120%. Dari CD filenya tidak perlu disimpan dalam harddisk, tapi langsung dikopi ke dalam file image. Dengan Alcohol ini pilihan format filenya lebih banyak dibandingkan dengan yang pake Nero tadi. Kelemahannya file image ini akan memakan kapasitas harddisk (karena ukurannya sama kaya CD aslinya), sehingga dengan harddisk berukuran kecil akan menjadi masalah dalam kapasitas kosongnya.

Untuk membuka file-file image tadi menggunakan virtual drive. Alcohol udah langsung membawa fasilitas ini. Ada program yang lain seperti Daemon Tools, PowerISO, WinISO, ato yang lain. Sedangkan Nero, yang aku tau di versi Nero 5 yang ada fasilitas virtual drivenya.

Dengan membuka lewat folder kompresi ato dari file image, file aplikasi lebih aman, kecuali kalo emang filenya dari awal udah kena virus berarti mengkandangkan dan memelihara virus tuh.

Ini adalah tahap terakhir periode masa sekolahku. Setelah dari SMP aku memutuskan pada satu pilihan di sekolah ini, SMK Negeri 1 Kediri. Sebelum pendaftaran dimulai aku dan beberapa orang temanku mencoba survey lokasi dan informasi ke sekolah itu. Jarak dari rumah yang lumayan jauh, sekitar 10 km, kami tempuh dengan bersepeda. Setelah nyampe di sana dan dapat informasi, kami kemudian keliling-keliling sebentar di sekitar lokasinya.

Saat pendaftaran aku diantar sama sepupuku yang jarak rumahnya gak jauh dari sekolah itu. Karena khawatir NEMku gak bisa masuk jurusan yang aku inginkan di Mesin Produksi, aku memilih dua pilihan di Mesin Produksi sendiri dan ditambah di Bangunan. Dalam satu hari langsung diadakan beberapa tahap, antara lain pemberkasan, pengisian formulir, cek fisik, cek mental, dan tes kesehatan. Pendaftaran dibuka selama satu minggu, kemudian pengumuman sekitar seminggu selanjutnya. Di SMK ini ada 5 jurusan, Mesin Otomotif, Mesin Produksi, Listrik, Elektronika, dan Bangunan.

Yak, akhirnya aku diterima di pilihan pertamaku, jurusan Mesin Produksi dengan nomor urut ranking NEM 20. Sebenarnya kalo mau masuk ke jurusan yang lebih atas (Mesin Otomotif) aku masih bisa diterima juga. Di awal-awal sekolah sekitar 2 bulan aku tinggal di rumah Paklik yang dekat situ sehingga tinggal jalan kaki aja, tapi kemudian aku lebih memilih berangkat dari rumah sendiri dengan bersepeda. Menariknya, pembagian kelas tiap jurusan dilakukan berdasarkan daftar pengurutan abjad, sehingga dalam kelasku ada 36 siswa, 23 di antaranya berhurup depan ‘A’, dan ada beberapa nama yang sama. Dalam satu angkatanku hanya ada 9 orang pelajar cewek, dan di jurusan Mesin (Otomotif dan Produksi) ‘diharamkan’ ada murid cewek.

Di sini bisa jadi di setiap pelajaran pindah ruangan kelas, jadi bisa di jam pertama dan kedua ada di kelas sini, kemudian di jam berikutnya pindah ke kelas lain. Jam pertama dimulai dari jam 06.30. Yang asyik kalo pas ada pelajaran yang gurunya tidak hadir, pelajaran berikutnya bisa maju menggantikan pelajaran kosong tadi. Kalo pas pelajaran terakhir yang kosong, ya udah, bisa pulang langsung setelah dapat persetujuan dari guru TU dan satpam. Setiap kelas berbeda jadwal pulangnya, ada yang jam 10 udah pulang (paling pagi, karena masuk setelah jam istirahat ya jam segitu), ada yang jam 12 baru pulang, paling siang jam 13.15 pulangnya. Jadi kalo cuma dapat jadwal 4 jam pelajaran (tiap mata pelajaran rata-rata 2 jam pelajaran) dalam sehari, jam 10 udah pulang. Dan kalo kedua jam pelajaran tadi kosong gak ada gurunya. Udah pasti bisa melenggang pulang pagi.

Tahun-tahun pertamaku diwarnai dengan rasa frustasi karena banyaknya tugas yang gagal aku selesaikan, terutama dalam praktek bengkel permesinan. Seolah-olah aku merasa telah salah milih jurusan. Sehingga aku agak khawatir gak naik kelas, karena sejak awal caturwulan peringkat di kelas jauh dari 20 besar. Tapi kemudian alhamdulillah bisa melewati kelas satu dengan agak terseok-seok.

Pelajaran di bengkel adalah pelajaran dengan kandungan kekerasan. Maklumlah, yang dihadapi para guru adalah anak laki-laki yang terkenal bandel-bandel, dan yang dihadapi para siswa adalah mesin-mesin berat dan dengan benda kerja yang berat pula, kebanyakan dari besi. Sehingga ada istilah lebih baik dipukul guru daripada kena colek benda kerja yang terlempar. Ada suatu kelas bengkel yang siswanya dilarang menguap, dan yang ketauan pasti akan dipanggil dan dapat hukuman yang ‘agak’ ringan. Aku sendiri, pernah dapat gamparan dan jeweran suatu ketika karena kelompok piketku menghilangkan daftar absen.

Kelas dua prestasi udah agak stabil. Pelajaran-pelajaran bengkel pun udah mulai bisa dikuasai. Kelas tiga juga demikian. Tapi kebanyakan anak-anak di kelasku kurang memperhatikan dan mempedulikan ujian akhir nasional, sehingga jarang sekali ditemui teman-teman mempersiapkan diri dengan belajar, mengikuti bimbingan belajar, atau mengumpulkan soal-soal latihan, kecuali hanya beberapa orang saja.

Sepanjang sekolah selama tiga tahun, gak pernah aku gak masuk sekolah karena alasan apapun, tapi pernah mangkir dari pelajaran karena terlambat ato sekelas mogok semua. Di sini gak ada acara rekreasi ato berkaryawisata, tapi setiap siswa diwajibkan mengikuti Praktek Industri, minimal selama 3 bulan. Waktunya ada yang di caturwulan terakhir kelas dua, tapi kebanyakan di caturwulan pertama kelas tiga. Kelasku dapat waktu yang terakhir, aku menghabiskan seminggu waktu praktek di Pare dan dua bulan yang lain di Turen.

Setamatnya dari sekolah, tidak ada acara perpisahan yang menandakan kami akan berpisah cukup lama. Hanya aku dan beberapa orang temanku duduk-duduk di dekat rumah temanku yang ada di pinggir sungai Brantas, mengeluarkan isi tas kami masing-masing, memilih beberapa lembar hasil ulangan harian yang masih tertimbun di tas, melipat jadi perahu dan menghanyutkannya di sungai Brantas. Setelah masa ini kami berjalan masing-masing, pada jalan-jalan pilihan kami sendiri dalam menghadapi kehidupan setelahnya. Sedangkan aku, alhamdulillah sebelum pengumuman kelulusan aku udah mulai magang dan kerja di sebuah pengetikan komputer.

Lagi-lagi dapat sekolah yang deket dari rumah, SLTP Negeri 1 Ngadiluwih. Jaraknya hanya 50 m dari rumah, jadi istilahnya berangkat sekolah tinggal ngglundung aja. Kalo gak salah dulu setiap siswa baru gak wajib ikut Pramuka. Aku ikut Pramuka sampe lulus SMP ini. Rasanya emang capek banget, tapi banyak kegiatan yang menyenangkan dan lebih menantang, jadi lama kelamaan gak kerasa capek, tapi malah ketagihan. Dalam 3 tahun di SMP ini udah berkali-kali juga aku ikut perkemahan, sehingga jadi pengalaman berharga dalam menghadapi kehidupan mandiri.

Kembali ke cerita sekolahku, sejak kelas 1 aku ikut sebuah lembaga kursus Bahasa Inggris sampe kelas 3. Saat kelas 1 kebetulan guru Bahasa Inggrisku juga punya kursusan, tapi aku gak masuk ke situ. Sebelumnya guruku tadi mendata anak-anak yang ikut kursus di luar tempat beliau, menanyai satu per satu anak-anak dalam satu kelas, dan kemudian ditawari untuk pindah ke tempat kursusan milik beliau. Kalo aku sih gak berminat pindah ke situ, karena aku melihat bahwa kursusan beliau lebih mengarah ke arah pelajaran beliau di dalam kelas, sehingga prospek ke depannya kami akan kesulitan saat kemudian beliau gak ngajar di kelas kami lagi. Sedangkan kursusan yang aku ikuti kebetulan guru yang mengajar kelas 3, dan sejak awal masuk kami mendapatkan pelajaran yang di luar pelajaran sekolah, meskipun sering juga membahas pelajaran.

Kelas 1 aku masuk siang jam 12 sampe jam 17.15, kecuali kalo ada pelajaran Olahraga bisa masuk pagi. Ada istirahat yang bisa dipake buat sholat Ashar. Kalo hari Jum’at ada anjuran untuk sholat Jum’at di masjid sekolah. Kalo yang sekarang kelas 1 juga masuk pagi, karena kelas di sekolah udah ditambah untuk menampung ketiga kelas masuk pagi. Tiap kelas dibagi menjadi 9 kelompok, dari A sampe I.

Kelas 2 aku baru masuk pagi, jam 7 sampe jam 12.15, sama kaya kelas 3. Kelasku termasuk kelas yang dekat dan satu gedung dengan kantor, jadi seringkali kalo lagi rame kelasku didatangi guru dan dapat himbauan untuk tidak bikin gaduh. Kelas 3 udah mulai agak badung, mungkin karena kelas paling tinggi di sekolah kali ya? Tapi tetep terarah kok badungnya, jadi gak nakal-nakal amat. Di tahun ini aku udah mulai merancang format masa depan, mau ke mana abis ini. Di sini aku juga berdiskusi dengan teman-teman tentang sekolah selanjutnya yang akan kami jadikan ‘korban’. Karena kali ini sekolah tingkat atas tidak dekat dari rumah, maka pilihan harus benar-benar tepat secara fisik dan materiil, karena pilihan ini menentukan langkah selanjutnya setelah lulus sekolah.

Rekreasi SMP diarahkan ke Jogja. Candi Borobudur, Museum Dirgantara, dan pantai Parang Tritis yang jadi obyek utama kami, ditambah Jalan Malioboro di akhir kunjungannya. Karena ini adalah karya wisata, maka abis itu kami harus buat laporan kunjungan ke Jogja sebagai salah satu syarat mendapatkan nilai akhir. Kegiatan ini diadakan saat kenaikan ke kelas 3, sehingga ada waktu yang lebih panjang buat ngumpulin kerjaan.

Setelah dinyatakan lulus kami sekelas mengadakan suatu syukuran kecil-kecilan di rumah salah satu teman. Dihadiri oleh beberapa guru kami, kami diwejang untuk menjadi yang lebih baik di sekolah kami selanjutnya. Dan secara pribadi aku juga dipeseni sama beberapa guru, jangan nakal di sekolahku nanti.

SD Ngadiluwih I, tujuan utamaku setelah dari TK. Alasannya sangat sederhana, dekat dengan rumah, bahkan sangat dekat, wong cuma di seberang rumah aja. Tapi karena jalan depan rumahku itu jalan propinsi, jadi nyebrangnya harus pake panduan orang dewasa lain. Kebanyakan teman TKku juga bersekolah di sini, jadi gak terlalu sulit mengenal teman-teman satu sekolah. Masuk pertama pembagian kelas, aku kurang paham bagaimana dan di mana kelasku, tapi kemudian aku baru tahu kalo aku ada di kelas B (pembagian kelasnya ada dua, A dan B).

Meskipun udah SD, tapi aku masih selalu ikut rekreasi TK, ikut ibuku tiap tahun. Seingatku sampe kelas 4 aku ikut rekreasi TK, setelah itu udah gak pernah lagi.

Kelas satu tidak ada kesulitan berarti. Masuk pagi sampai sekitar jam 10. Kelas dua masuk agak siang (lupa jam berapa), pulangnya jam 12. Di kelas tiga dan empat aku masuk siang dengan diselingi pagi. Maksudnya dalam satu bulan ada satu minggu di mana kelasku masuk pagi, sisanya masuk siang. Karena jatah masuk siang ada 4 kelas (2 kelas 4, 2 kelas 3). Jadi kalo mau masuk siang minggu berikutnya, hari Sabtu udah dikasih tau. Tapi tetep aja kadang khawatir kalo-kalo ternyata kelas masuk pagi, padahal aku mikir masuknya siang. Malah pernah kecele masuk pagi, eh ternyata kelasku masuk siang.

Di kelas tiga inilah prestasi terburukku selama di SD. Nilai-nilaiku jatuh gak pegangan. Khawatir dengan kemajuan belajarku, ibuku memasukkan aku dalam les seorang guruku, yang mengajar kelas empat. Perlahan-lahan nilaiku agak meningkat, sehingga di akhir tahun ajaran aku berhasil ikut naik kelas.

Meskipun masuk siang, tapi pelajaran olahraga tetep dilakukan pagi hari. Pernah sekali olahraga diikutkan di siang hari, tapi ternyata siangnya hujan deres banget, sehingga pelajaran olahraganya berganti dengan kegiatan main hujan-hujanan.

Kelas empat punya pengalaman masuk sekolah hampir sama dengan kelas tiga, karena jadwal masuknya sama. Kelas lima udah mulai masuk pagi lagi, dari jam 7 sampe jam 12 siang, sama dengan kelas enam. Mulai pertengahan kelas lima ini aku berhenti dari les guruku kelas empat, ganti ke les guruku kelas lima. Kelas lima ini mulai ada spesialisasi buat guru di tiap mata pelajarannya, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang satu guru untuk semua pelajaran sekaligus wali kelasnya.

Tiap masuk pagi selalu ada upacara di hari Senin, dan senam kesegaran jasmani di hari lainnya. Ada pembacaan sila-sila Pancasila sebelum memulai pelajaran (sekarang masih ada apa nggak ya?). Aku juga mengikuti ekstrakulikuler drumband sejak kelas 4 sampe kelas 6. Untuk rekreasi SD, kami pergi ke Tanjung Kodok Lamongan, Gua Maharani di Lamongan juga, Kebun Binatang Surabaya, dan terakhir ke Tanjung Perak.

Sepanjang SD, aku termasuk anak yang berbadan kecil, sering jadi bulan-bulanan teman-teman yang lebih gede. Tapi sekarang, pernah ketemu teman yang dulu badannya gede, dibandingin sama aku badannya ternyata lebih kecil daripada aku.

Aku gak tau mulai masuk TK pada usia berapa, tapi sepertinya di usia tiga tahun, soalnya pas umur lima taun aku udah masuk SD. TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal, opsi utama sekolahku bagi orangtuaku, karena emang ibuku kepala TKnya. Jaraknya sekitar 200 m dari rumahku, padahal 50 m ke arah utara dari rumahku ada TK juga. Karena ibuku waktu itu lagi cuti karena ngurus adekku yang masih kecil, maka aku berangkat sekolah seringnya diantar nenekku sambil bareng beliau berangkat kerja, pulangnya ada yang jemput, seringnya kakak sepupuku. Tapi tak jarang juga kalo ada teman bareng pulangnya jalan kaki, tar nunggu di pinggir jalan buat diseberangkan.

Tak banyak yang aku ingat di masa TK ini, kecuali aku adalah anak yang tidak bisa bersosialisasi dengan baik dan benar. Waktu istirahat aku habiskan dengan duduk-duduk di bangku depan kelas, seringnya ditemani sama bapak penjaga TK. Saat di nol kecil, karena udah bisa baca, abis jam istirahat pindah ke nol besar buat ikut ulih-ulihan. Tapi masa TK penuh aku abiskan selama dua tahun. Tapi yang aku ingat pas di nol kecil aku sering bolos, males berangkat sekolah. Sering kalo pagi di depan rumah aku liat teman-temanku lagi berangkat sekolah, tapi aku gak tergerak buat rajin masuk. Di nol besarnya baru aku mau rajin sekolah.

Aku sering mengingat nama-nama lengkap teman sekelasku, karena biasanya diabsen dengan dipanggil satu per satu. Tapi ada juga nama temanku yang aku gak tau nama lengkapnya, padahal dia akrab banget denganku, meskipun kemudian pas SD berpisah dan belum pernah ketemu lagi sampai sekarang. Aku cuma ingat nama panggilannya, aku dulu manggil dia Mas Wiwit. Rekreasi TK waktu itu pergi ke Kebun Binatang Surabaya, Pantai Kenjeran Surabaya, dan mengamati dari jauh Bandara Juanda Surabaya.

Dalam perpisahan pun aku juga diikutkan tampil. Waktu itu aku jadi dokter dalam sandiwaranya. Dalam sandiwara itu ada pidato tanpa teks juga, yang aku dilatih berminggu-minggu sebelum acara itu. Pidatonya lumayan panjang, tapi berhasil aku hapal. Buat jaga-jaga kalo aku gak hapal, ada guruku yang khusus duduk di barisan penonton paling depan, jadi kalo aku melihat ke beliau ini, beliau memberiku petunjuk dengan menuntunku kata-kata pidatonya. Kadang aku melihat beliau juga walau gak lupa teksnya, buat minta dukungan aja lah. Acara ini aku inget banget, karena ada beberapa foto dari acara tersebut yang masih disimpan dan kadang masih aku liat.

Aktivasi otak tengah adalah suatu penemuan fenomenal dalam pendidikan anak. Teori penggunaan otak tengah sebenarnya telah banyak dilakukan pada banyak negara negara di Asia terutama Jepang. Jepang telah lama melakukan praktek aktivasi otak tengah pada anak-anak.Seorang anak yang telah diaktivasi otak tengah akan memiliki kemampuan lebih dibandingkan dengan anak yang otak tengahnya belum diaktivasi.

Kegiatan dengan mata tertutup adalah suatu kegiatan yang paling nyata dapat dilihat. Seorang anak yang telah diaktivasi otak tengahnya (Mid Brain Activated) dapat mempunyai kemampuan luar biasa. Kemampuan ini bahkan sering kali dipertontonkan secara menakjubkan dalam program hiburan sulap. Setelah melihat kemampuan anak yang telah diaktivasi, sebagian besar acara pertandingan sulap di The Master menjadi kurang menarik. Karena hal ini dapat dilakukan sendiri oleh anak-anak polos yang hanya mengikuti training aktivasi otak tengah selama 2 hari. Kemampuan dasar yang dapat dilakukan adalah ‘melihat’ kartu dengan mata ditutup (blind fold). Christofle (9 thn) misalnya, setelah mengikuti training aktivasi otak tengah, dapat mengurutkan seluruh kartu remi sesuai dengan angka, warna dan bentuk gambar kartu dengan mata tertutup. Ia dapat mempergunakan indra raba untuk melihat pola dan warna lengkap dengan angka hanya dengan penglihatan kulit (Skin Vision).

Kemampuan lain yang dapat dilakukan oleh anak-anak ini adalah berjalan dengan mata ditutup, tanpa menabrak. Dilakukan percobaan pada seorang anak yang berjalan dengan mata ditutup kain. Seseorang sengaja menghalangi jalan di depannya. Dia serta merta dapat menghindari rintangan tersebut tanpa menyentuhnya. Seorang anak bahkan dapat mengenali ayahnya di antara kerumunan orangtua lainnya, tanpa menyentuh dan mendengar suaranya.

Pada tingkatan yang lebih lanjut seorang anak diharapkan dapat ‘melihat’ benda di balik tembok atau di dalam kotak. Ia bahkan dapat menghitung uang yang terdapat dalam dompet seseorang di hadapannya tanpa orang tersebut mengeluarkan dompetnya. Jika seorang anak rajin melatih fungsi otak tengahnya bahkan dia dapat mengharapkan membaca dokumen yang terletak dalam posisi tertutup.

Kemampuan prediksi (memperkirakan apa yang akan terjadi beberapa saat kemudian) adalah kemampuan yang lebih tinggi yang dapat di miliki oleh seorang anak. Seorang anak yang telah mendapat aktivasi otak tengah dapat ‘menduga’ kartu apa yang akan muncul pada saat orang tersebut masih mengocok kartunya. Begitu selesai mengocok, dan memilih sebuah kartu, orang tersebut mengambil sebuah kartu yang ternyata tepat seperti ‘dugaan’ sang anak tersebut.

Aktivasi otak tengah bukanlah suatu hal yang magis atau berbau supranatural. Aktivasi otak tengah dilakukan dengan secara ilmiah. Aktivasi otak tengah ini  banyak mempergunakan gelombang otak Alpha. Gelombang otak Alpha dibuktikan secara ilmiah adalah gelombang otak yang muncul dominan pada saat kita dalam keadaan relax dan paling kreatif. Gelombang otak ini biasanya dominan pada saat kita bangun tidur, atau dalam keadaan relax di toilet, atau bahkan sedang berendam air panas di bathtub. Tidak heran mengapa Archimedes menemukan hukum Achimedes pada saat dia mandi.

Otak tengah yang teraktivasi memancarkan gelombang otak yang mirip seperti radar. Hal ini membuat pemiliknya mampu melihat benda dalam keadaan mata tertutup. Pada dasarnya, gelombang tersebut terletak di bawah hidung. Hanya mampu mendeteksi benda yang terletak sedikit di bawah hidung.

Latihan yang teratur dapat membuat sang anak menjadi lebih kuat dan mampu melihat benda yang terletak lebih tinggi lagi. Bahkan ada beberapa anak yang dapat mendeteksi sampai 360 derajat. Hal itu berarti mereka dapat mendeteksi benda yang terletak di belakang, atas dan semua arah.

Training aktivasi otak tengah telah mulai dilakukan di Indonesia. Saat ini belum banyak orang yang mengetahui keberadaan dari training  ini. Training biasanya dilakukan selama 2 hari. Pada saat itu juga biasanya dilakukan training untuk para orangtua. Seperti juga bidang keahlian lainnya, orangtua berperan besar untuk dapat membantu anak mengembangkan potensi otak tengah mereka. Seorang anak dengan otak tengah yang kuat, diharapkan dapat mengembangkan otak kanan dan otak kiri secara lebih maksimal sehingga mereka dapat masuk kategori jenius. Bukan hanya dalam otak kiri (IQ, intelektual) , atau otak kanan (emosional, EQ) tetapi juga dalam ‘Loving Inteligence’. Mereka adalah individu yang seimbang dan mengasihi orang lain seperti Sang Pencipta mengasihi dia. Sayangnya training aktivasi otak tengah ini hanya dapat dilakukan untuk anak umur 5 – 15 tahun saja.

Sumber di sini

Setiap orang pasti berbeda-beda pengertian dalam membaca dan menerima sebuah catatan atau postingan. Oleh karena itulah sebuah (atau beberapa buah) komentar diperlukan. Komentar berguna untuk mencerminkan tingkat penerimaan pembaca dalam suatu tulisan, meskipun sebenarnya komentar tidak menunjukkan berapa jumlah pembaca yang sudah berkunjung dan membaca sebuah postingan. Komentar juga bisa menunjukkan sejauh mana apresiasi pembacanya dalam memahami dan menerima sebuah postingan.

Dalam menanggapi sebuah postingan, ada beberapa tipe yang hanya membaca judulnya, membaca isinya tanpa komentar, komentar ijin baca atau ijin nyimpan, komentar setuju, komentar saran, komentar kritik yang membangun, komentar kritik yang menyangkal, komentar membahas postingan, komentar cercaan, atau bahkan malah komentar nyampah. Bagi seorang blogger (terutama bagi pemula seperti aku), komentar bisa berguna untuk menentukan bagaimana kualitas postingan berikutnya dari sebuah saran atau kritikan dari komentar sebelumnya. Atau malah bisa mengingatkan ada yang terlupa dalam sebuah posting, sehingga bisa diedit dan diposting kembali dari revisi komentar tadi. Apalagi kalo komentar itu dari orang yang ahli dan berkompeten dalam masalah bahasan postingan tersebut, bisa dapat ilmu juga untuk lebih dipelajari dan dikembangkan.

Komentar biasanya disertai dengan rate (atau vote). Rate bisa mengindikasikan bagaimana sikap pembaca terhadap suatu postingan, meskipun terkadang kurang akurat, karena bisa saja dirate oleh penulisnya sendiri. Tapi setidaknya, rate bisa meningkatkan semangat penulis untuk berusaha membuat postingan yang lebih bermutu untuk ke depannya.

Setiap komentar akan meninggalkan jejak di sebuah situs atau blog. Dan bisa saja pemilik situs atau blog itu kemudian mencari balik kepada komentatornya. Makanya sering-sering buat komentar di sebuah situs atau blog yang mempunyai nilai pagerank tinggi biasanya akan bisa mendongkrak nilai pagerank dari blognya sendiri.

Di tiap blog ada beberapa metode yang berbeda dalam mengisi komentar. Di Blogger atau di WordPress, komentar bisa dibuat oleh orang yang bahkan tidak punya akun di domain itu sendiri. Makanya beberapa kali aku mendapat komentar dari ‘orang luar’ di blogku yang di WordPress. Sedangkan di Kaskus, komentarnya lebih luas tapi terbatas, terbatas dalam artian hanya member saja yang bisa memberikan komentar.

Seperti dalam beberapa postinganku, sebenarnya draftnya sudah jadi beberapa minggu sebelumnya, dengan dasar pemikiran yang menurutku sudah cukup kuat. Tapi karena mungkin ada yang terlalu sensitifnya bahasannya, maka aku tunda untuk posting karena aku masih menebak-nebak bagaimana tanggapan teman-teman tentang masalah ini. Saat aku posting kemudian, ternyata aku dapat beberapa tanggapan dan komentar, yang kemudian aku baru ingat bahwa ada yang kelupaan aku cantumkan dalam tulisanku itu. Hal seperti ini bisa didapat dari komentar pengunjung yang lebih berkompeten dalam pembahasan postingannya.

Di awal ngaskus dulu, beberapa postinganku dicerca karena salah kamar. Sehingga kemudian aku belajar lagi dan bisa buat postingan dengan tepat dari beberapa komentar pengunjung posting sebelumnya. Hal-hal yang seperti ini juga penting demi kelangsungan seseorang dalam bertahan ‘hidup’ di dunia maya, karena tanpa saran, kritik dan cercaan seperti itu, seseorang tidak akan belajar dengan mudah untuk kesalahannya sebelumnya. Meskipun sebenarnya juga tergantung dari orang itu menerima kritik atau cercaan itu. Kalo orangnya udah kaku, berpikiran dangkal dan sulit untuk berubah, justru bisa jadi kritik atau cercaan itu tadi mendorongnya untuk meninggalkan dan kapok untuk masuk balik membuat postingan selanjutnya, karena bagi dia awal masuk aja udah sulit dan dicemooh, gimana mau ngelanjutin.

Jadi, budayakan komentar yang bermutu dan kalo perlu disertai dengan rate, demi perbaikan karya-karya selanjutnya.

Ibrahim alaihi as salam tahu betul bahwa perintah Allah harus tetap berjalan. Kendati mendapatkan desakan dari Hajar dan ia bertanya kepada beliau, ‘Di mana engkau meninggalkan kami?’ Ibrahim tidak menjawabnya dan tidak menoleh kepada Hajar. Ketika cahaya Allah kembali ke hati Hajar dan keyakinannya kepada Allah itu lebih kuat dari segala hal, Hajar bertanya kepada Ibrahim, ‘Apakah Allah yang memerintahkanmu seperti ini?’ Ibrahim menjawab, ‘Ya. Rabbku yang memerintahkan aku bertindak seperti ini.’

Di saat-saat kritis tersebut, Hajar berdiri kemudian berkata kepada Ibrahim dengan keyakinan diri orang yang beriman dan tentram serta kenal Allah, ‘Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkanku.’ Ketakutan pun sirna dari hati Hajar. Kedamaian dan ketentraman turun ke hatinya. Ia kembali ke dekat Baitullah. Ia tahu bahwa dirinya, suaminya dan anaknya adalah wali-wali Allah. Barangsiapa menjadi wali Allah, ia tidak akan takut, sedih, dan lemah. Ia kembali mengulang-ulang perkataannya, ‘Kalau begitu, Allah tidak akan menelantarkan kami. Hai Ibrahim, pergilah engkau kepada apa yang diperintahkan Allah kepadamu.’

Perkataan Hajar di atas adalah perkataan mulia dan pernuh berkah. Itulah yang diucapkan Hajar kepada suaminya, Ibrahim alaihi as salam. Perkataan agung yang mengisyaratkan kejujuran imannya, besarnya keyakinannya kepada Allah, dan tawakkalnya kepada-Nya. Namun tawakkalnya Hajar bukan berarti pasrah dan tidak akan mau berusaha karena sudah mendapatkan jaminan akan pertolongan Allah. Di saat kurma yang ada di kantong dan air yang ada di tempat air yang ditinggalkan Ibrahim habis dan matahari nyaris membakar membuat mereka kehausan, Hajar melihat Gunung Shafa, gunung yang paling dekat dengannya. Ia segera berjalan cepat ke Gunung Shafa, kemudian datang ke lembah sambil berkata, ‘Bagaimana kalau aku melihat-lihat, siapa tahu aku melihat seseorang?’

Hajar tidak melihat siapa-siapa dan tidak mendengar pergerakan apapun. Kemudian ia turun dari atas Shafa. Ketika ia tiba di lembah, ia mengangkat ujung pakaiannya, kemudian berlari seperti larinya orang yang kelelahan hingga melewati lembah tersebut dan tiba di Gunung Marwa. Ia berdiri di sana dan melihat-lihat, namun ia tidak melihat siapapun. Hajar berlari hingga tujuh kali sambil berharap bisa melihat orang yang bisa menyelematkan dirinya dan anaknya dari mati kehausan.

Cerita tersebut adalah bagaimana Hajar berusaha dalam keadaannya yang kritis dan kalut, dalam kelaparan, kehausan, dan kepanasan. Kendatipun ia tahu bahwa Allah tidak akan menelantarkannya dan anaknya, Ismail, namun ia juga berusaha mencari dan berharap ada yang bisa menyelamatkan dirinya dan anaknya.     Ia tetap berikhtiyar hingga perlindungan Allah datang kepada mereka dengan memancarnya air Zamzam, kedatangan Kabilah Jurhum, dan bentuk-bentuk perlindungan Ilahiyah lainnya yang hanya diketahui Allah saja.

Tawakkal bagi orang Islam memang sangat penting, tapi tawakkal juga harus disertai ikhtiyar untuk merubah dirinya. Tidak lengkap rasanya hidup tanpa berusaha yang terbaik, untuk membuktikan bahwa kita memang pantas hidup untuk mendapatkan nikmat Allah dan menjadi ahsan nas di dunia ini. Bukankah Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum tanpa usaha kaum itu untuk merubah nasibnya sendiri?