Posts Tagged ‘sabar’

sabar ikhlasManusia adalah sekumpulan makhluk yang cenderung memperhatikan apa yang bisa didapat dari apa yang diberikan. Kebanyakan perintah-perintah Allah tentang ibadah juga diberi tambahan iming-iming tentang pahala dan balasan apa yang didapat manusia itu jika mereka melakukannya. Padahal ibadah itu merupakan kewajiban dan kebutuhan dari manusia itu sendiri, bahkan untuk agar manusia melaksanakannya masih diberi ‘motivasi’ apa yang bisa didapat dari ibadahnya tersebut.

Tapi tentu saja tidak semua hal dari yang kita lakukan bisa mendapat balasan (terutama balasan langsung). Misalnya saja, aku suka bakso, tapi bakso tidak suka aku. Ada banyak balasan yang tidak langsung dan tidak tampak yang akan didapatkan manusia di kelak kemudian hari, bukan langsung didapat. Sehingga manusia memerlukan sebuah sikap yang bisa mendukungnya agar ‘tabah’ dan sabar dengan balasan yang tidak didapat langsung tersebut.

Sikap tersebut adalah tulus dan ikhlas. Ikhlas memberi, tanpa ada pamrih dan mengharap balasan yang bisa langsung diterimanya. Sikap ini bisa mengisi ‘kekosongan’ benak manusia atas sebuah pemikiran logis tentang ‘memberi adalah menerima’. Memberi memang akan menerima, tapi tentunya tidak semua menerima itu terlaksana saat memberi itu juga. Ada beberapa hal yang masih ‘tertahan’, dan untuk menunggu yang ‘tertahan’ tersebut ada satu sikap lagi, yaitu sabar.

Kalo dipikirkan secara mendasar, membalas adalah hak yang diberi. Mau membalas atau tidak, selain tergantung kemauan yang diberi, juga kemampuan yang diberi, serta kepatutannya. Nggak semua pemberian memang bisa dibalas secara langsung karena ketiga faktor tersebut, sehingga ada kalanya balasan (kalaupun dibalas) nilainya tidak sebanding dengan yang sudah diberikannya.

Makanya bagaimanapun, memberi itu juga harus disertai dengan sikap ikhlas, jadi kalo nggak dibalas ya nggak apa-apa, kan masih punya ikhlas. Dan juga, kalopun tidak (ataupun belum) dibalas, ya harus sabar. Merunut bahwa hidup itu hanya sementara, maka sabar itu harusnya juga bisa lebih sementara saja. Kalaupun tidak ada balasan di dunia, mungkin balasan tersebut akan tertahan dan diberikan di akhirat. Jangan sampai kesabaran kita diikhlaskan hanya karena kita tergesa-gesa menilai sesuatu.

SabarMungkin terkadang manusia menantikan sesuatu, entah itu sesuatu yang penting untuk hidupnya sekarang, atau bermanfaat untuk hidupnya di masa mendatang. Jika sesuatu yang perlu dan pantas untuk dinantikan, pastinya siapapun akan tetap menunggunya dengan sabar.

Sabar adalah sebentuk bagian dari rahmat Allah, yang kita tahu bahwa rahmat Allah itu sangat luas tanpa batas, sehingga bisa dikatakan bahwa sabar itu tidak ada batasnya. Kalo kita sering dengar bahwa ‘sabar itu ada batasnya’, mungkin kalimat itu hanya akan muncul di sinetron-sinetron lebay dari televisi kita. Kalaupun ada batasnya, mungkin kita sendiri yang membuat batas-batas itu.

Sebenarnya yang perlu diberi batas bukanlah sabarnya, tetapi kita perlu membuat batas sebagai titik penentu, di mana kita harus mengambil keputusan di titik tersebut, apakah kita harus menyudahi masa penantian, atau kita masih perlu terus menunggu hal tersebut. Semisal nih, ada seseorang yang mengharapkan sebuah pekerjaan yang benar-benar dia inginkan sejak lama, kemudian ada sebuah kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan tersebut, tapi tidak ada kepastian kapan pemberitahuan lolos tidaknya untuk bekerja. Jika dia benar-benar mengharapkannya, dia akan terus menunggu walaupun belum ada kejelasan, baginya yang penting dia sudah mendapatkan jalannya walaupun belum dapat hasilnya. Tapi bisa saja dia kemudian mencari pekerjaan yang lain jika dia mulai merasa tidak ada harapan baginya karena tidak ada kejelasannya.

Jika orang ini membuat suatu titik penentu, maka salah satu jalan harus dijalaninya, tetap bertahan atau mencari jalan lain. Tentunya dia juga harus konsisten dan konsekuen dengan keputusan yang diambilnya. Jika dia memilih tetap menunggu, maka tunggulah dengan sabar dan istiqomah, apapun hasil di akhir tidak perlu menyesal karena telah menghabiskan waktu hanya untuk menunggu. Tapi bila dia memilih untuk mencari jalan yang lain, maka dia juga harus bersungguh-sungguh dengan jalannya tersebut, kalo ternyata hasil di jalan satunya positif, dia harus tetap berusaha mempertahankan keputusan yang telah dia ambil sebelumnya, bersikap sportif.

Tentunya menunggu tidak selalu pekerjaan yang membosankan selama orang yang menjalani menikmatinya sebagai salah satu usaha mempertahankan pendiriannya.