Arsip untuk Desember, 2011

Salah Dikira

Posted: 31 Desember 2011 in Pengalaman
Tag:,

Meja anakDi suatu siang, abis muter-muter keliling Kediri, istirahat sejenak sambil sholat Dhuhur di salah satu masjid yang sering aku kunjungi. Pas selesai dan sedang pake sepatu, ada dua orang bapak-bapak yang lagi ngobrol dekat dengan tempat sepatuku tadi aku taruh.

“Itu dagangannya apa, Mas?”, tanya salah seorang bapak sambil nunjuk sebuah motor yang penuh dengan meja kecil yang biasanya buat anak-anak kecil belajar atau mewarnai gambar.

“Itu meja, Pak!”, jawabku.

“Ooo, meja kecil itu ya, yang buat belajar itu ya?”

“Inggih, Pak.”

“Rumahnya mana, Mas?”

“Ngadiluwih, Pak.”

“Ngadiluwih yang mana?”

Obrolan pun berlanjut, dan kemudian aku tahu kalo bapak itu dulunya pernah bekerja di Ngadiluwih, dan dekat dengan rumahku. Beliau menanyakan kabar orang-orang yang beliau kenal, yang sama sekali aku gak kenal. Maklum, yang ditanyain orang-orang yang gak segenerasi sama aku, jadi aku kan juga gak kenal, tau namanya aja nggak.

“Dagang gini udah lama atau baru merintis?” tanya bapak itu.

Saat itu aku baru nyadar kalo ternyata bapak tadi mengira aku yang punya motor beserta dagangannya.

“Itu bukan punya saya, Pak!”, jelasku, sambil agak tidak yakin bapak ini berpikir kalo ini motor bukan punyaku, atau dagangannya bukan punyaku tapi aku yang jual.

Tak seberapa lama kemudian, si bapak ini ngobrol dengan bapak yang satunya. Daripada ditanya-tanya lagi, aku langsung minta pamit, “Saya duluan Pak, pareng…”

Dan kemudian aku berjalan ke arah motorku yang aku parkir agak jauh dari situ, dekat gerobak siomay. Aku gak lagi berpaling ke belakang, jadi aku gak tau gimana reaksi bapak itu saat tau ternyata motor beserta perangkatnya itu bukan punyaku. Sebagai tambahan, sebenarnya tampilanku waktu itu tadi gak mirip-mirip banget sama bapak pedagang meja lo.

tas ranselPergi ke mana-mana tanpa membawa tas, bagaikan garam tanpa sayur, kurang lengkap gitu rasanya. Meskipun terkadang tidak terpakai, tapi buat jaga-jaga aja siapa tau di jalan beli sesuatu, yang kemudian biar gak repot ditaruh di dalam tas. Terakhir kali aku beli tas sekitar dua tahun yang lalu, buat gantiin tas laptop bawaannya yang udah sobek di mana-mana. Dapatlah sebuah tas yang lumayan bagus dan kuat, bisa dua fungsi, cangklong dan ransel, hanya saja bentuknya tipis dan ngepres untuk laptopnya, sehingga agak kesulitan kalo mau bawa barang ekstra.

Kebetulan pas ikutan seminar beberapa waktu yang lalu dapat jatah tas buat pesertanya, cocok buat dijadiin tas harian. Pas dengan ukuran laptop, kantong ekstra, dan yang lebih penting, bentuknya agak tebal dan besar sehingga bisa muat buat barang tambahan (asal yang nggak terlalu gede). Sebagai tas harian, tentunya penghuni tetap tas ini adalah barang-barang yang sering aku gunakan dalam kegunaan kesehariannya, di antaranya:

  • Laptop dan chargernya. Tentu saja ini ‘senjata’ penting buat kerja ke mana-mana, sehingga selalu ada dalam tas kalo pas berangkat dan pulang kerja.
  • CD-CD program. Ingat, kerusakan software komputer bisa terjadi kapan saja dan di mana saja. Maka dari itu, untuk tindakan pencegahan, selalu sediakan CD program, tentunya program-program yang penting buat perawatan komputer.
  • Obeng serba fungsi. Kalo pulang kemalaman dan pintunya terkunci, benda ini sangat berguna buat membantu membuka pintu. Hehehe, pastinya bukan itu fungsinya mengapa obeng selalu dibawa ke mana saja. Hampir sama dengan CD tadi, obeng bisa digunakan di mana saja dan kapan saja, tentunya buat hal-hal yang bermanfaat.
  • USB bluetooth. Buat keperluan transfer data ke HP saat sewaktu-waktu dapat lagu atau gambar bagus yang bisa ditransfer lewat bluetooth, baik itu dari komputer ke HP, atau sebaliknya, dari HP ke komputer.
  • USB MP3 player 256 mb. Berfungsi buat flashdisk cadangan, berguna saat flashdisk dipinjam teman dan tidak jelas kapan mau dikembalikan.

Tentunya dengan diisi barang-barang ini, tas masih menyisakan sedikit tempat buat barang-barang yang perlu dibawa secara tidak permanen, misalnya kalo ada teman yang ngasih jajanan dan mau dibawa pulang, tasku dengan senang hati menampungnya. Atau kalo kerja bawa pakaian ganti, masih muat juga dimasukin ke tasku ini. Dan yang penting jangan sampai tasnya ketinggalan saat pulang kerja, harus balik ke kantor lagi nih.

Becak-Becak Kota

Posted: 29 Desember 2011 in Pemikiran
Tag:,

BecakApakah kendaraan yang paling ‘sakti’ dan ‘menguasai’ jalanan? Bukan truk atau bis besar, melainkan becak. Setidaknya itulah yang aku lihat di kotaku ini, entah di kota lain. Dengan sangat entengnya becak bisa melalui jalan apapun, tanpa merasa ketanggungan bersalah karena mungkin ada peraturan dan rambu-rambu lalu lintas yang dilanggarnya. Di persimpangan lampu merah, becak akan tanpa beban tetap melaju seolah tidak ada peraturan apa-apa. Ataupun di daerah jalan satu arah, dari arah berlawanan juga masih saja ditemui becak yang melawan arus lalu lintas. Musuh besar bagi pengemudi kendaraan dan pengguna jalan lainnya yang udah mengikuti dan mentaati peraturan lalu lintas.

Nantinya kalau kemudian salah seorang pengemudi becak yang terkena masalah, entah itu dengan polisi atau bersinggungan dengan pengguna jalan yang lain, kemudian pengemudinya akan memanggil teman-teman sesama pengemudi becak untuk membantunya menyelesaikan masalah, tentunya bukan selalu dengan kekeluargaan. Sebuah taqlid buta, gak jauh beda dengan para pelajar yang suka tawuran atas dasar ‘membantu teman’ tanpa tahu akar permasalahannya.

Tak bisa dipungkiri, memang naik becak memang mengasyikkan. Angkutan umum favorit yang menyediakan limpahan angin segar (kalo pas gak ada polusi udara) dan juga air segar (kalo pas hujan). Becak yang berjalan perlahan-lahan memberikan pemandangan sekitar yang bisa dinikmati lebih rinci dan mendalam, terutama di daerah-daerah yang belum pernah dikunjungi. Dengan model becak yang dikayuh, atau yang sekarang ini lagi musim menggunakan mesin, sama-sama menawarkan sensasi tersendiri dalam menggunakan angkutan umum, terutama bila membawa barang-barang berat. Seringnya becak juga bisa dijadikan sarana angkutan buat mengangkut barang-barang berat seperti barang-barang mebeler.

Maaf bagi teman-teman yang kebetulan berprofesi sebagai pengemudi becak, atau teman-teman yang kebetulan ada kerabat atau sanak saudaranya yang berprofesi sebagai pengemudi becak, bukan bermaksud untuk menggeneralisasi semua pengemudi becak selalu ugal-ugalan. Tapi yang sering terlihat memang seperti itu, sehingga yang terlihat tidak tertib itu bisa menutupi pengemudi becak lain yang sudah tertib mentaati peraturan. Seharusnya mari semua mentaati lalu lintas sehingga memberikan rasa aman bagi pengguna jalan yang lain, buktikan bahwa pengemudi becak juga bisa menjadi pengguna jalan yang cerdas, bukan menjadi ancaman keselamatan kendaraan yang lain, juga bukan menjadi musuh polisi dalam menegakkan kedisiplinan lalu lintas.

Mengenali Bos

Posted: 28 Desember 2011 in Pemikiran
Tag:,

Merubah jongos menjadi bosSaat membenahi komputer di sebuah lembaga, aku mendengar dua orang karyawan lembaga tersebut sedang bercakap-cakap. Tentunya bukan karena aku sengaja nguping, lagian buat apa nguping pembicaraan orang yang tidak menyangkut dengan namaku. Dalam sebuah percakapan, salah seorang di antaranya berujar dengan nada bertanya, apakah bosnya tahu bagaimana karyawannya dan kemampuan kerja karyawannya. Dalam hati aku bertanya-tanya, apakah kalimat ini hanya merupakan sebuah bahan pembicaraan saja, ataukah dia benar-benar tidak mengenal bagaimana bosnya.

Karena tentu saja aku tahu bagaimana ‘kesaktian’ bosnya, yang mungkin belum pernah aku kenal ada orang yang mengenal orang lain ‘sehebat’ bosnya tersebut. Si bos tersebut bisa menilai secara global seseorang hanya dari dengan melihat muka dan penampilan orang tersebut. Aku cukup kenal beliau ini, karena udah cukup lama aku bekerjasama dengan si bos ini, jadi aku cukup tahu bagaimana interaksi beliau dengan karyawannya. Sebagai pimpinan, terutama mengurusi masalah sumber daya manusia, tentulah beliau mempunyai kompetensi yang mumpuni, di atas rata-rata orang kebanyakan, di situlah letak ‘kesaktian’ beliau. Dan kalau karyawan tadi mempertanyakan hal tersebut, bisa jadi dia belum kenal betul bagaimana bosnya tersebut.

Merupakan suatu kebutuhan bahkan kewajiban kalau seorang pimpinan mengenal bagaimana watak dan karakter, serta kemampuan bawahannya secara menyeluruh. Namun, tidak ada salahnya kalau sebaliknya, seorang karyawan juga mengenal secara mendalam bagaimana watak dan karakter atasannya. Dengan demikian seorang bawahan bisa menyesuaikan diri dan menempatkan diri secara benar di hadapan atasannya. Memang ada atasan yang sangat akrab dan ramah dengan bawahannya, sehingga seolah-olah tidak ada jarak di antara keduanya. Namun tentu saja, di dalam dunia kerja, tetap harus dibedakan posisi atasan dan bawahannya. Sang atasan, sebagai pemegang, pengendali dan pengambil kebijakan, harus tetap punya kewibawaan dalam menerapkan kebijakan tersebut kepada bawahannya. Jangan sampai karena sudah dekat banget, perintah atasan tidak perlu dianggap serius oleh bawahannya.

Aku mendapati beberapa atasan dengan karakter yang hampir sama, menuruti selera mereka dalam hal sebuah hasil pekerjaan. Dengan atasan yang dulu, aku sering berselisih paham dan berdebat dalam mempertahankan ide dan gagasanku, sebelum akhirnya mau tidak mau aku harus patuh pada pilihannya. Dengan atasan yang sekarang tidak jauh berbeda pula. Kalau udah demikian, biasanya aku menganut sistem kerja ‘pemalas pasif’, mengerjakan sesuatu dengan diperintah. Meskipun si bos udah bilang ‘Tuangkan idemu!’, tapi berdasarkan dengan pengalaman yang sudah-sudah, aku tahu akan jadi apa ide itu, terutama kalau berseberangan dengan selera bos.

Dengan mengenal atasan atau bos juga membiasakan kita mengenali sedang bagaimana emosi si bos, sedang marah, sedih, senang, atau yang lainnya. Sehingga saat sedang ingin menyampaikan sesuatu, kita juga harus menempatkan diri, karena bila salah bertindak bisa-bisa apapun yang dilakukan pasti akan salah bagi penglihatan dan perasaan si bos. Namun, tentunya bos yang baik bukanlah bos yang seperti ini, melainkan juga mempunyai pengertian kepada karyawannya. Sebaliknya pula, karyawan yang baik juga mengenal bosnya, setidaknya cukup mengenalnya. Dan kemungkinan, di sebuah lembaga besar seorang bawahan akan sangat sulit dan jarang bertemu dengan bosnya, tapi di sebuah lembaga kecil seorang bawahan akan sangat mudah dan sering bertemu dengan bosnya.

Metamorfosa

Posted: 27 Desember 2011 in Pemikiran
Tag:,

MetamorfosaKatak berawal dari telur dan menetas sebagai kecebong, punya ekor, tanpa kaki, dan hidup di air. Setelah agak besar akan muncul keempat kaki dengan tetap berekor. Dan setelah dewasa ekor akan menghilang secara permanen, berganti dengan sosok berkaki empat yang bisa hidup di dua alam. Demikian juga siklusnya dengan kupu-kupu yang berawal dari telur-telur yang menetaskan ulat, dan kemudian ulat akan membentuk kepompong untuk kemudian muncul sebagai wujud lain berupa kupu-kupu.

Sama seperti contoh tadi, makhluk hidup yang lain sebenarnya juga bermetamorfosis, tidak terkecuali manusia. Secara fisik, beberapa organ tubuh dan hormon-hormon manusia baru aktif setelah masa beberapa tahun hidupnya di dunia ini. Manusia yang mempunyai kesempatan mendapatkan umur sampai masa-masa itu akan mengalami beberapa perubahan dalam bentuk fisiknya, sehingga akan menyesuaikan diri dengan keadaannya yang kemudian.

Secara psikis, manusia akan mengalami perkembangan pemikiran, atas dasar apa yang telah mereka alami selama hari demi hari dan waktu demi waktu masa hidupnya. Pembelajaran dan pengalaman hidup akan terus mengisi memori-memori mereka, sehingga akan didapatkan pengalaman yang lebih baik yang bisa menjadi landasan dasar mereka menjalani kehidupan ke depan. Di sini proses seleksi alam akan berlangsung, karena terkadang manusia terjatuh bukan karena orang lain, tapi sering juga manusia terjatuh karena dirinya sendiri.

Berkebalikan

Posted: 26 Desember 2011 in Pemikiran
Tag:,

musuh dan temanHanya beberapa saat setelah wasit meniup peluit panjang tanda berakhirnya pertandingan, secara spontan para pemain Turki menggandeng dan merangkul para pemain Korea Selatan yang terkulai lemas setelah dikalahkan dengan skor 2 – 3. Kemudian dengan bersama-sama mereka saling berangkulan dan bergandengan memberi hormat kepada para penonton yang memenuhi stadion (yang mayoritas pendukung Korea Selatan). Para pemain Korea Selatan tidak sempat lagi berlarut-larut dalam kesedihan, dalam semangat sportivitas bersama-sama dengan para pemain Turki larut dalam kebanggaan dan kegembiraan, berbaur dengan perasaan para penonton yang meskipun tim mereka kalah, mereka tetap bangga atas perjuangan para pemain Korea Selatan ini. Turki mungkin yang menjadi pemenang dalam ‘final kecil’ ini, menjadi peringkat ketiga dalam Piala Dunia 2002, tapi bagaimanapun juga Korea Selatan juga dalam semangat yang sama, prestasi yang sama, hanya hasil akhir yang berbeda.

Dibayangi dengan kondisi politik dan perbedaan ideologi yang kental, tim nasional Iran dan Amerika Serikat bertemu dalam babak penyisihan Piala Dunia 1998. Jauh sebelum pertandingan, dan dimulai beberapa saat undian grup Piala Dunia, seluruh masyarakat penggemar bola menanti-nanti bagaimana laga ini akan berjalan. Beberapa saat sebelum laga dimulai, biasanya kedua tim akan berfoto masing-masing. Tapi dalam laga ini, kedua tim berfoto bersama, berbaur jadi satu, saling bertukar buket bunga, dan dalam semangat suasana persahabatan. Hasil akhirnya, Iran mengalahkan Amerika Serikat, 2 – 1.

Setelah runtuhnya Uni Soviet, dua per tiga wilayah Moldova ingin masuk Rumania, tetangganya di sebelah barat. Sementara wilayah bagian Timur, sungai Dniestr, ingin dekat Ukraina dan Rusia. Perang pun meledak, timur retak dan membentuk Transdniestria, yang sampai sekarang tidak dikenal dunia. Lalu, Moldova dan Transdniestria terlibat perang. Perang ini disebut perang paling aneh di dunia. Militer lokal menyebutnya sebagai Perang Mabuk. Bayangkan saja, bagaimana tidak disebut Perang Mabuk, para perwira dua negara itu pagi sampai sore mereka berperang mati-matian, saling menembak dan membunuh satu dan lainnya, namun malamnya mereka bertemu, bersenang-senang mabuk bersama. Maklum saja, mereka sebelumnya sudah saling mengenal, hanya karena akhirnya negara berbeda karena kejatuhan Uni Soviet, membuat mereka bermusuhan. Demi negara yang mereka bela, mereka bermusuhan, tapi pertemanan tetap berjalan pada malam hari.

Saat Perang Dunia I berlangsung beberapa bulan dan Natal 1914 segera mendekat, Skotlandia, Perancis dan Jerman yang berbeda kubu ini menyepakati untuk melakukan gencatan senjata dan merayakan Natal. Memang aneh untuk membayangkan sekelompok tentara Skotlandia, Perancis dan Jerman di garis depan Perang Dunia I dapat terlihat rukun dan harmonis, hal yang mustahil di era tersebut. Tapi begitulah yang tampak pada malam Natal tahun 1914. Di tengah-tengah pertempuran yang membara, para perwira dan prajurit dari ketiga negara yang tadinya saling membunuh itu kini sama-sama meletakkan senjata sejenak untuk berbagi anggur dan makanan, bernyanyi bersama, bersenda gurau, saling bertukar foto atau bermain sepakbola di atas salju.

Ada banyak faktor yang membuat kita saling berhadapan sebagai musuh, tapi ada banyak faktor pula yang membuat kita saling berdampingan sebagai sahabat.

Ayo Ngeblog, Pren!!!

Posted: 25 Desember 2011 in Pemikiran
Tag:,

NgeblogNgeblog, sebenarnya bukan cuma soal punya sesuatu hal secara online yang bisa dibangga-banggakan, tapi juga sebagai tempat buat ‘menambatkan’ segala macam isi hati dan pikiran, berbagi dengan orang lain, membentuk komunitas dan jaringan, dan berbagai macam fungsinya. Ada berbagai macam jenis blogger dengan berbagai ‘kelakuan’ mereka dalam blog-blog mereka. Ada yang mengisi blog mereka dengan kegiatan sehari-hari, ada yang menjadikan blog mereka sebagai tempat curahan hati, ada yang membuat blog mereka sebagai kumpulan hasil karya sastra mereka (entah itu cerpen ataupun puisi), ada yang menciptakan blog mereka sebagai media berbagi informasi dari sumber-sumber lain, ada yang memenuhi blog mereka dengan artikel yang mereka ciptakan dan tulis sendiri untuk dipublikasikan ke publik, ada yang menyediakan blog mereka sebagai tempat jualan dan promosi (entah itu produk ataupun sebuah badan usaha), dan ada juga yang memakai blog mereka sebagai sarana memperoleh passive income.

Tidak semua pengguna internet suka membuat blog, tergantung pada pribadi masing-masing. Karena membuat weblog juga butuh kecermatan, ketelitian dan ketelatenan sendiri, dalam mengelola serta mengisi dan membuatnya menjadi lebih bermanfaat dan indah dilihat bagi para pembacanya. Apalagi di masa akhir-akhir ini, di mana situs-situs jejaring sosial begitu marak, menggoda para pengguna internet menuliskan kata-kata yang ‘enteng’ tanpa repot-repot membuat sebuah tema dan blog, tapi bisa dilihat dan dibaca oleh banyak orang. Sebuah fenomena yang cukup banyak berdampak pada perilaku setiap pengguna teknologi, apalagi kemudian berpengaruh dengan ‘menyeret’ blogger untuk lebih tertarik menggunakan sarana jejaring sosial untuk membagikan isi pikiran mereka tanpa kerepotan mencari ide panjang untuk menyusun sebuah ‘karangan’ dalam sebuah blog.

Yang pasti, tidak bisa dibandingkan antara jejaring sosial dengan blog itu sendiri, karena penggunaan dan tujuannya sudah pasti beda. Mungkin bisa dibandingkan antara situs jejaring yang satu dengan yang lain, atau blog yang satu dengan yang lain, karena dalam satu konteks jaringan yang sama, tapi tidak bisa dibandingkan secara bersilang karena alasan tersebut di atas. Bahkan kemudian saat dijembatani dengan terbentuknya jejaring sosial yang menyertakan halaman weblog, atau weblog yang disisipi dengan jejaring sosial, tetap saja rasanya berbeda. Sebuah weblog lebih berfungsi luas, keberadaannya tidak hanya bisa dinikmati oleh kontak saja, tapi bisa dilihat dan dibaca oleh seorang pengguna yang bahkan tidak punya akun apapun yang sama dengan halaman weblog yang dibacanya. Berbeda jauh dengan weblog yang terletak di dalam situs jejaring sosial, yang seringnya hanya bisa dilihat dan dibaca oleh kontak pemilik akun tersebut.

Membangun ukhuwah, jaringan, network, ataupun pertemanan mungkin menjadi persamaan dari kedua jenis fasilitas internet ini. Dalam weblog ataupun jejaring sosial pasti akan dibutuhkan dukungan dari orang lain dalam menerbitkan sesuatu dalam akunnya. Jejaring sosial sudah pasti membutuhkan kontak untuk melihat apapun yang kita keluarkan di dalam akun kita. Weblog pun, meskipun tidak selalu, membutuhkan kontak untuk melihat apapun yang kita terbitkan di dalam akun kita. Tentu saja dalam bentuk ‘keluaran’ yang berbeda dari kedua jenis ini. Jejaring sosial lebih bersifat hal-hal yang singkat, satu kalimat, satu kata, bahkan satu huruf pun sering muncul di sini. Tapi dalam weblog, sebuah kata yang dikeluarkan akan membutuhkan banyak penjelasan di bawahnya, pengurai kalimat yang membentuk sebuah paragraf, yang kemudian membentuk sebuah tulisan padat.

Kalaupun kemudian banyak blogger yang terseret arus dengan lebih aktif di jejaring sosial daripada dalam weblognya sendiri, mungkin mereka lebih mempertimbangkan betapa kemudahan jejaring sosial memberikan fasilitas pertemanan yang luas, tidak bergantung bagaimana tingkat pemahaman pembacanya dalam membaca tulisannya, tidak bergantung pada bagaimana isi tulisannya (karena mungkin pengunjung jejaring sosial bukan seseorang yang suka membaca, mereka sering mengeluarkan komentar hanya dengan membaca judulnya tanpa membaca isinya). Tidak perlu ada beban moral bagaimana dampak tulisan dalam jejaring sosialnya daripada di weblognya.

Seperti yang pernah aku tulis sebelumnya, bahwa seorang blogger dengan blogger yang lain tidak perlu sama-sama online dalam berkomunikasi. Bahkan dengan sekedar komen-komen ataupun menulis di buku tamu, lebih jauh lagi berkomunikasi lewat pesan pribadi, berkunjung ke blog teman pun sudah menjadi bentuk komunikasi para blogger. Tentu saja mungkin seorang blogger bisa jadi mendapatkan kesulitan dalam mencari ide untuk kemudian diuraikan dalam kata-kata dan kalimat-kalimatnya, karena ide tidak selalu mengalir begitu saja. Namun begitu, tetap saja aktifitas ngeblog merupakan sesuatu yang harus tetap dipertahankan, terutama bagi mereka yang beranggapan bahwa ngeblog bukan hanya sekedar ngeblog, tapi menjadi aktifitas rutin keseharian mereka. Kalo sudah begini, apapun, bagaimanapun, dan kapanpun, tidak ada alasan bagi mereka untuk menghentikan aktifitas blogging mereka, karena ngeblog adalah bagian dari kehidupan blogger. Ngeblog masih tetap banyak menawarkan media berkreasi, berkomunikasi dan pembelajaran yang sangat memadai dan terbentang luas, tergantung bagaimana blogger itu sendiri mendayagunakannya.

ProsesDi tengah-tengah keringnya ide menulis, aku mendapati diriku sedang dalam di tengah-tengah melalui sebuah proses, proses yang sangat berat, yang menentukan apakah aku layak dan pantas hidup di dunia ini sebagai ahsan nas, atau hanya sebagai pelengkap atribut keduniaan ini. Proses pendewasaan, sebuah proses yang sebenarnya terus dan terus berlangsung, yang sangat berpotensi meruntuhkan mental bagi mereka yang tidak siap dan cenderung mengedepankan tampilan ego mereka sendiri untuk menghadapi kehidupan ini.

Mengalami masa yang agak panjang dalam penderitaan futur, menghadapi berbagai masalah yang muncul tanpa diinginkan, akhirnya memaksakan diri untuk menumbuhkan rasa sabar, tenang, tawakkal, ikhtiyar, dan kemudian istiqomah. Tidak ada yang paling mudah karena semuanya serba sulit. Terkadang karena perasaan adalah milik pribadi seseorang, terseret arus eksternal itu pasti. Pengaruh dari luar sangat kuat sehingga mempengaruhi keteguhan hati dalam menjalankan proses ini. Menumbuhkan semua sifat pendewasaan dengan badai ketidakpastian tentulah menjadikan proses yang berat menjadi lebih berat lagi.

Seringnya sebuah antusiasme berkembang di awal prosesnya, untuk kemudian perlahan layu dan mati. Keistiqomahan yang tidak dijaga keberadaannya membuat segala hal yang dirancang sedemikian rupa hancur tanpa bentuk apapun, sehingga tidak ada yang bisa dipertahankan. Kalau sudah begini, tidak ada lagi yang perlu dipersalahkan selain diri sendiri. Ketidakteguhan dalam menjalankan azzam yang telah ditetapkan sebelumnya menjadi halangan dalam menjalani kehidupan ke depannya. Penyesalan yang tidak perlu diadakan, karena segala hal yang sudah dijalani pasti sudah harus disadari dan hadapi segala resikonya. Menumbuhkan keikhlasan dalam menghadapi segala hal juga menjadi bagian yang sangat sulit, karena tidak semua orang bisa berpikir dan memahami betapa hidup ini tidak sepadan dengan waktu yang dihabiskan untuk menyesali sesuatu.

Hidup adalah berproses, berproses tanpa henti, sampai kapan? Sampai kehidupan dunia kita ini berakhir, saat hidup kita sudah berhenti untuk dunia kita yang sekarang ini. Hidup bukan untuk mati, tapi hidup untuk hidup setelah mati. Berproses selagi kita masih bisa menjalani kehidupan ini, untuk meraih status sebagai ahsan nas, bukan hanya sebagai pelengkap atribut keduniaan ini. Menjadi tua adalah pasti, menjadi dewasa adalah pilihan. Saat berhasil melewati proses pendewasaan ini, derajat seseorang akan berada di tingkat yang lebih tinggi lagi, untuk kemudian bersiap menghadapi proses-proses panjang berikutnya. Karena masa depan bergantung pada bagaimana diri sendiri menghadapi dan menentukan apa yang diambil dan dijalani pada masa sekarang, dan diri sendiri yang merasakan dampak dan resikonya di masa mendatang.

Grup Vokal

Posted: 23 Desember 2011 in Pemikiran
Tag:,

Girls' Generation SNSDGak nyangka ternyata jaman grup vokal kembali ngetrend akhir-akhir ini, dengan sedikit banyak dipengaruhi oleh KPop (setelah era ngetopnya musikal Mandarin dan JPop) yang lagi digandrungi di Indonesia. Padahal tadinya kiprah grup vokal hampir tidak terdengar santer sebelumnya, setelah lahirnya banyak grup vokal di akhir dekade 90an dan awal 2000an. Entah mengapa kemudian grup ini disebut boyband atau girlband, padahal mereka bukan band. Tentu saja jelas perbedaannya, sebuah band pasti memainkan alat musik mengiringi vokalnya, sedangkan grup vokal hanyalah kumpulan penyanyi tanpa alat musik, atau istilahnya minus one.

Grup vokal memang ngetrend di era 90an sampai 2000an, tapi jauh sebelum itu, di dekade tahun 80an sudah muncul pula grup-grup vokal, salah satu yang paling menonjol adalah New Kids on the Block (NKOTB). Seolah-olah grup ini mengawali era pasar grup vokal, menerobos di antara kepungan grup-grup band rock yang banyak muncul di masanya. Kemudian muncullah grup-grup vokal lain, yang kemudian memberikan warna musik pop dance pada musik dunia, seperti Take That, Backstreet Boys, ‘N Sync, dan sebagainya, meskipun ada pula grup vokal yang membawa aliran pop ballad atau juga pop gospel, beberapa di antaranya seperti All 4 One, Boys 2 Men, Boyzone, sampai era Westlife.

Dari jalur girl-nya, salah satu yang tersukses adalah Spice Girl, yang kemudian seperti di jalur boy-nya, diikuti oleh beberapa grup lain yang mencoba kesuksesan menghidupkan ‘girlband’. Ada juga beberapa grup vokal yang kemudian benar-benar menjadi band seperti The Moffats dan A1, dengan kualitas musikalitas yang lebih mentereng meskipun dengan aliran musik yang agak berbeda dengan kemunculan awal mereka.

Grup vokal yang memproduksi musik dan lagu mereka sendiri lebih menunjukkan kualitas mereka ketimbang grup vokal yang menyanyikan lagu ciptaan orang lain dan menyanyikannya secara minus one, secara grup vokal ini lebih menghayati musik yang mereka buat dan mereka bawakan. Karena secara klise bisa terlihat, meskipun sebuah grup vokal memiliki anggota lebih dari satu, namun kebanyakan mereka hanya memilih dua sampai tiga anggotanya saja sebagai lead vokalnya. Pembagian solo vokal yang merata jarang terlihat, meskipun grup seperti A1 ataupun 5ive punya pembagian suara untuk masing-masing personelnya. Salah satu lagu yang benar-benar ‘grup vokal punya’ adalah ‘Tonight’ yang dinyanyikan oleh NKOTB, di mana hampir sepanjang lagunya kelima anggotanya menyanyikan secara koor dan bersamaan. Hal inilah yang kemudian muncul di grup-grup vokal baru yang muncul akhir-akhir ini, memberikan porsi suara yang hampir sama untuk semua anggota grup meskipun terkadang terlihat agak memaksakan.

Bagaimanapun memang trend terkadang bisa terulang, meskipun pada kenyataannya mungkin di antaranya hanya merupakan grup plagiat atau meniru atau terinspirasi atau apalah namanya dari grup vokal lain, dari negara lain, yang kadang tidak cocok untuk pasaran musik Indonesia. Bagaimanapun pula, karya asli bangsa Indonesia masih terlihat lebih bagus dan lebih membanggakan daripada karya tiruan apapun. Kalaupun era grup vokal akan mulai bersinar kembali dan entah sampai kapan, hal itu bisa memperkaya kembali warna musik Indonesia yang sedang mendayu-dayu.

Bapak dan IbuAda apa dengan tanggal ini sehingga ada banyak sekali sanjung buat ibu? Hari ibu? Mengapa hari ini? Mengapa harus hari ini? Mengapa hanya hari ini? Bukankah kasih ibu ada setiap hari? Lalu mengapa hari ini?

Kalo kemudian memang tanggal ini harus dinamai dengan ‘Hari Ibu’, berarti ini memang peringatan nasional, bukan khusus buat ibu masing-masing. Karena ibu masing-masing memang tidak hanya berjuang hari ini saja, sehingga jasa dan kasihnya tidak perlu dikenang hari ini saja, dan akhirnya hari ini, tanggal ini, dan di bulan ini, hanyalah sebuah simbol pengenangan perjuangan masa lalu saja, bukan untuk individual.

Sejarah Hari Ibu diawali dari bertemunya para pejuang wanita dengan mengadakan Kongres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta, di gedung Dalem Jayadipuran yang sekarang berfungsi sebagai kantor Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional dan beralamatkan di Jl. Brigjen Katamso. Kongres dihadiri sekitar 30 organisasi perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatera. Hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani).

Peristiwa itu dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara berkumpul menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Berbagai isu yang saat itu dipikirkan untuk digarap adalah persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan, perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan sebagainya. Tanpa diwarnai gembar-gembor kesetaraan gender, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa.

Penetapan tanggal 22 Desember sebagai perayaan Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Peringatan 25 tahun Hari Ibu pada tahun 1953 dirayakan meriah di tak kurang dari 85 kota Indonesia, mulai dari Meulaboh sampai Ternate. Presiden Soekarno menetapkan melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959 bahwa tanggal 22 Desember adalah Hari Ibu dan dirayakan secara nasional hingga kini.

Peringatan Mother’s Day di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah, yang mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronos, dan ibu para dewa dalam sejarah Yunani kuno. Maka, di negara-negara tersebut, peringatan Mother’s Day jatuh pada bulan Maret. Bukan karena dasar ini kalo kemudian aku menganggap hari ibuku adalah di bulan Maret, tapi karena alasan yang aku tulis di sini. Dengan catatan, ini hari ibu khusus buatku, kalo buat ibu masing-masing pastinya berbeda-beda kan? Bisa mengikuti ‘ketentuan’ peringatan nasional, atau punya hari ibu buat pribadi sendiri-sendiri.