Posts Tagged ‘Proses’

Proses

Posted: 30 Maret 2015 in Pemikiran
Tag:, ,

Kita semua, sebagai manusia yang hidup, pasti mengikuti proses. Dan seringnya, kita nggak menyadari proses itu. Tau-tau, di titik kita sekarang ini, melihat dokumentasi masa lalu, kita nyadar, ‘Owh, ane dulu kok kaya gitu ya…’.

Misalnya liat foto kita beberapa taun yang lalu, sontak kita bilang ‘Eh, dulu aku kurusan ya…’, atau ‘Dulu aku culun banget!’. Dan yang lebih mengejutkan, ternyata itu kita, dan kita nggak nyadar.

Misalnya lagi kalo ketemu temen lama, temen sekolah yang udah beberapa tahun yang ketemu, tau-tau ketemu dan bilang ‘Kamu kok jadi gini ya?’. Padahal dia sendiri juga berubah, tapi nggak nyadar.

Dan namanya proses ini masih terus berjalan, belum berhenti. Terus berjalan, dan tetep, nggak nyadar. Tau-tau tua.

Dari proses ini banyak pembelajaran yang kita dapatkan, kebanyakan sih dari pengalaman yang kita alami sendiri, atau yang dialami orang lain. Perpaduan antara kisah hikmah, rasa pahit, manis, asem, pedes, sampe hambarnya hidup, nyampur menjadi pengingat hidup yang melekat dalam kehidupan ke depan kita.

Tapi tentu aja, yang namanya proses kaya gitu, nggak harus tiap hal yang kita alami perlu diinget-inget terus. Ambil aja intisarinya, pembelajarannya, sama pengalamannya. Jadi kalo misalkan mau diceritain ke orang lain nggak usah terlalu detail. Orang lain itu kalo diceritain juga sering nggak mau repot ngedengerin. Cukup intinya aja.

Tulisan ini terinspirasi dari berkumpulnya aku dengan teman-teman SD dalam grup WhatsApp, kemudian kami mengenang apa yang kami lakukan di masa lalu. Dan akhirnya kami baru nyadar, udah hampir dua puluhan tahun kami meninggalkan SD itu.

ProsesDi tengah-tengah keringnya ide menulis, aku mendapati diriku sedang dalam di tengah-tengah melalui sebuah proses, proses yang sangat berat, yang menentukan apakah aku layak dan pantas hidup di dunia ini sebagai ahsan nas, atau hanya sebagai pelengkap atribut keduniaan ini. Proses pendewasaan, sebuah proses yang sebenarnya terus dan terus berlangsung, yang sangat berpotensi meruntuhkan mental bagi mereka yang tidak siap dan cenderung mengedepankan tampilan ego mereka sendiri untuk menghadapi kehidupan ini.

Mengalami masa yang agak panjang dalam penderitaan futur, menghadapi berbagai masalah yang muncul tanpa diinginkan, akhirnya memaksakan diri untuk menumbuhkan rasa sabar, tenang, tawakkal, ikhtiyar, dan kemudian istiqomah. Tidak ada yang paling mudah karena semuanya serba sulit. Terkadang karena perasaan adalah milik pribadi seseorang, terseret arus eksternal itu pasti. Pengaruh dari luar sangat kuat sehingga mempengaruhi keteguhan hati dalam menjalankan proses ini. Menumbuhkan semua sifat pendewasaan dengan badai ketidakpastian tentulah menjadikan proses yang berat menjadi lebih berat lagi.

Seringnya sebuah antusiasme berkembang di awal prosesnya, untuk kemudian perlahan layu dan mati. Keistiqomahan yang tidak dijaga keberadaannya membuat segala hal yang dirancang sedemikian rupa hancur tanpa bentuk apapun, sehingga tidak ada yang bisa dipertahankan. Kalau sudah begini, tidak ada lagi yang perlu dipersalahkan selain diri sendiri. Ketidakteguhan dalam menjalankan azzam yang telah ditetapkan sebelumnya menjadi halangan dalam menjalani kehidupan ke depannya. Penyesalan yang tidak perlu diadakan, karena segala hal yang sudah dijalani pasti sudah harus disadari dan hadapi segala resikonya. Menumbuhkan keikhlasan dalam menghadapi segala hal juga menjadi bagian yang sangat sulit, karena tidak semua orang bisa berpikir dan memahami betapa hidup ini tidak sepadan dengan waktu yang dihabiskan untuk menyesali sesuatu.

Hidup adalah berproses, berproses tanpa henti, sampai kapan? Sampai kehidupan dunia kita ini berakhir, saat hidup kita sudah berhenti untuk dunia kita yang sekarang ini. Hidup bukan untuk mati, tapi hidup untuk hidup setelah mati. Berproses selagi kita masih bisa menjalani kehidupan ini, untuk meraih status sebagai ahsan nas, bukan hanya sebagai pelengkap atribut keduniaan ini. Menjadi tua adalah pasti, menjadi dewasa adalah pilihan. Saat berhasil melewati proses pendewasaan ini, derajat seseorang akan berada di tingkat yang lebih tinggi lagi, untuk kemudian bersiap menghadapi proses-proses panjang berikutnya. Karena masa depan bergantung pada bagaimana diri sendiri menghadapi dan menentukan apa yang diambil dan dijalani pada masa sekarang, dan diri sendiri yang merasakan dampak dan resikonya di masa mendatang.