Posts Tagged ‘Sekolah’

Ini adalah tahap terakhir periode masa sekolahku. Setelah dari SMP aku memutuskan pada satu pilihan di sekolah ini, SMK Negeri 1 Kediri. Sebelum pendaftaran dimulai aku dan beberapa orang temanku mencoba survey lokasi dan informasi ke sekolah itu. Jarak dari rumah yang lumayan jauh, sekitar 10 km, kami tempuh dengan bersepeda. Setelah nyampe di sana dan dapat informasi, kami kemudian keliling-keliling sebentar di sekitar lokasinya.

Saat pendaftaran aku diantar sama sepupuku yang jarak rumahnya gak jauh dari sekolah itu. Karena khawatir NEMku gak bisa masuk jurusan yang aku inginkan di Mesin Produksi, aku memilih dua pilihan di Mesin Produksi sendiri dan ditambah di Bangunan. Dalam satu hari langsung diadakan beberapa tahap, antara lain pemberkasan, pengisian formulir, cek fisik, cek mental, dan tes kesehatan. Pendaftaran dibuka selama satu minggu, kemudian pengumuman sekitar seminggu selanjutnya. Di SMK ini ada 5 jurusan, Mesin Otomotif, Mesin Produksi, Listrik, Elektronika, dan Bangunan.

Yak, akhirnya aku diterima di pilihan pertamaku, jurusan Mesin Produksi dengan nomor urut ranking NEM 20. Sebenarnya kalo mau masuk ke jurusan yang lebih atas (Mesin Otomotif) aku masih bisa diterima juga. Di awal-awal sekolah sekitar 2 bulan aku tinggal di rumah Paklik yang dekat situ sehingga tinggal jalan kaki aja, tapi kemudian aku lebih memilih berangkat dari rumah sendiri dengan bersepeda. Menariknya, pembagian kelas tiap jurusan dilakukan berdasarkan daftar pengurutan abjad, sehingga dalam kelasku ada 36 siswa, 23 di antaranya berhurup depan ‘A’, dan ada beberapa nama yang sama. Dalam satu angkatanku hanya ada 9 orang pelajar cewek, dan di jurusan Mesin (Otomotif dan Produksi) ‘diharamkan’ ada murid cewek.

Di sini bisa jadi di setiap pelajaran pindah ruangan kelas, jadi bisa di jam pertama dan kedua ada di kelas sini, kemudian di jam berikutnya pindah ke kelas lain. Jam pertama dimulai dari jam 06.30. Yang asyik kalo pas ada pelajaran yang gurunya tidak hadir, pelajaran berikutnya bisa maju menggantikan pelajaran kosong tadi. Kalo pas pelajaran terakhir yang kosong, ya udah, bisa pulang langsung setelah dapat persetujuan dari guru TU dan satpam. Setiap kelas berbeda jadwal pulangnya, ada yang jam 10 udah pulang (paling pagi, karena masuk setelah jam istirahat ya jam segitu), ada yang jam 12 baru pulang, paling siang jam 13.15 pulangnya. Jadi kalo cuma dapat jadwal 4 jam pelajaran (tiap mata pelajaran rata-rata 2 jam pelajaran) dalam sehari, jam 10 udah pulang. Dan kalo kedua jam pelajaran tadi kosong gak ada gurunya. Udah pasti bisa melenggang pulang pagi.

Tahun-tahun pertamaku diwarnai dengan rasa frustasi karena banyaknya tugas yang gagal aku selesaikan, terutama dalam praktek bengkel permesinan. Seolah-olah aku merasa telah salah milih jurusan. Sehingga aku agak khawatir gak naik kelas, karena sejak awal caturwulan peringkat di kelas jauh dari 20 besar. Tapi kemudian alhamdulillah bisa melewati kelas satu dengan agak terseok-seok.

Pelajaran di bengkel adalah pelajaran dengan kandungan kekerasan. Maklumlah, yang dihadapi para guru adalah anak laki-laki yang terkenal bandel-bandel, dan yang dihadapi para siswa adalah mesin-mesin berat dan dengan benda kerja yang berat pula, kebanyakan dari besi. Sehingga ada istilah lebih baik dipukul guru daripada kena colek benda kerja yang terlempar. Ada suatu kelas bengkel yang siswanya dilarang menguap, dan yang ketauan pasti akan dipanggil dan dapat hukuman yang ‘agak’ ringan. Aku sendiri, pernah dapat gamparan dan jeweran suatu ketika karena kelompok piketku menghilangkan daftar absen.

Kelas dua prestasi udah agak stabil. Pelajaran-pelajaran bengkel pun udah mulai bisa dikuasai. Kelas tiga juga demikian. Tapi kebanyakan anak-anak di kelasku kurang memperhatikan dan mempedulikan ujian akhir nasional, sehingga jarang sekali ditemui teman-teman mempersiapkan diri dengan belajar, mengikuti bimbingan belajar, atau mengumpulkan soal-soal latihan, kecuali hanya beberapa orang saja.

Sepanjang sekolah selama tiga tahun, gak pernah aku gak masuk sekolah karena alasan apapun, tapi pernah mangkir dari pelajaran karena terlambat ato sekelas mogok semua. Di sini gak ada acara rekreasi ato berkaryawisata, tapi setiap siswa diwajibkan mengikuti Praktek Industri, minimal selama 3 bulan. Waktunya ada yang di caturwulan terakhir kelas dua, tapi kebanyakan di caturwulan pertama kelas tiga. Kelasku dapat waktu yang terakhir, aku menghabiskan seminggu waktu praktek di Pare dan dua bulan yang lain di Turen.

Setamatnya dari sekolah, tidak ada acara perpisahan yang menandakan kami akan berpisah cukup lama. Hanya aku dan beberapa orang temanku duduk-duduk di dekat rumah temanku yang ada di pinggir sungai Brantas, mengeluarkan isi tas kami masing-masing, memilih beberapa lembar hasil ulangan harian yang masih tertimbun di tas, melipat jadi perahu dan menghanyutkannya di sungai Brantas. Setelah masa ini kami berjalan masing-masing, pada jalan-jalan pilihan kami sendiri dalam menghadapi kehidupan setelahnya. Sedangkan aku, alhamdulillah sebelum pengumuman kelulusan aku udah mulai magang dan kerja di sebuah pengetikan komputer.

Lagi-lagi dapat sekolah yang deket dari rumah, SLTP Negeri 1 Ngadiluwih. Jaraknya hanya 50 m dari rumah, jadi istilahnya berangkat sekolah tinggal ngglundung aja. Kalo gak salah dulu setiap siswa baru gak wajib ikut Pramuka. Aku ikut Pramuka sampe lulus SMP ini. Rasanya emang capek banget, tapi banyak kegiatan yang menyenangkan dan lebih menantang, jadi lama kelamaan gak kerasa capek, tapi malah ketagihan. Dalam 3 tahun di SMP ini udah berkali-kali juga aku ikut perkemahan, sehingga jadi pengalaman berharga dalam menghadapi kehidupan mandiri.

Kembali ke cerita sekolahku, sejak kelas 1 aku ikut sebuah lembaga kursus Bahasa Inggris sampe kelas 3. Saat kelas 1 kebetulan guru Bahasa Inggrisku juga punya kursusan, tapi aku gak masuk ke situ. Sebelumnya guruku tadi mendata anak-anak yang ikut kursus di luar tempat beliau, menanyai satu per satu anak-anak dalam satu kelas, dan kemudian ditawari untuk pindah ke tempat kursusan milik beliau. Kalo aku sih gak berminat pindah ke situ, karena aku melihat bahwa kursusan beliau lebih mengarah ke arah pelajaran beliau di dalam kelas, sehingga prospek ke depannya kami akan kesulitan saat kemudian beliau gak ngajar di kelas kami lagi. Sedangkan kursusan yang aku ikuti kebetulan guru yang mengajar kelas 3, dan sejak awal masuk kami mendapatkan pelajaran yang di luar pelajaran sekolah, meskipun sering juga membahas pelajaran.

Kelas 1 aku masuk siang jam 12 sampe jam 17.15, kecuali kalo ada pelajaran Olahraga bisa masuk pagi. Ada istirahat yang bisa dipake buat sholat Ashar. Kalo hari Jum’at ada anjuran untuk sholat Jum’at di masjid sekolah. Kalo yang sekarang kelas 1 juga masuk pagi, karena kelas di sekolah udah ditambah untuk menampung ketiga kelas masuk pagi. Tiap kelas dibagi menjadi 9 kelompok, dari A sampe I.

Kelas 2 aku baru masuk pagi, jam 7 sampe jam 12.15, sama kaya kelas 3. Kelasku termasuk kelas yang dekat dan satu gedung dengan kantor, jadi seringkali kalo lagi rame kelasku didatangi guru dan dapat himbauan untuk tidak bikin gaduh. Kelas 3 udah mulai agak badung, mungkin karena kelas paling tinggi di sekolah kali ya? Tapi tetep terarah kok badungnya, jadi gak nakal-nakal amat. Di tahun ini aku udah mulai merancang format masa depan, mau ke mana abis ini. Di sini aku juga berdiskusi dengan teman-teman tentang sekolah selanjutnya yang akan kami jadikan ‘korban’. Karena kali ini sekolah tingkat atas tidak dekat dari rumah, maka pilihan harus benar-benar tepat secara fisik dan materiil, karena pilihan ini menentukan langkah selanjutnya setelah lulus sekolah.

Rekreasi SMP diarahkan ke Jogja. Candi Borobudur, Museum Dirgantara, dan pantai Parang Tritis yang jadi obyek utama kami, ditambah Jalan Malioboro di akhir kunjungannya. Karena ini adalah karya wisata, maka abis itu kami harus buat laporan kunjungan ke Jogja sebagai salah satu syarat mendapatkan nilai akhir. Kegiatan ini diadakan saat kenaikan ke kelas 3, sehingga ada waktu yang lebih panjang buat ngumpulin kerjaan.

Setelah dinyatakan lulus kami sekelas mengadakan suatu syukuran kecil-kecilan di rumah salah satu teman. Dihadiri oleh beberapa guru kami, kami diwejang untuk menjadi yang lebih baik di sekolah kami selanjutnya. Dan secara pribadi aku juga dipeseni sama beberapa guru, jangan nakal di sekolahku nanti.

SD Ngadiluwih I, tujuan utamaku setelah dari TK. Alasannya sangat sederhana, dekat dengan rumah, bahkan sangat dekat, wong cuma di seberang rumah aja. Tapi karena jalan depan rumahku itu jalan propinsi, jadi nyebrangnya harus pake panduan orang dewasa lain. Kebanyakan teman TKku juga bersekolah di sini, jadi gak terlalu sulit mengenal teman-teman satu sekolah. Masuk pertama pembagian kelas, aku kurang paham bagaimana dan di mana kelasku, tapi kemudian aku baru tahu kalo aku ada di kelas B (pembagian kelasnya ada dua, A dan B).

Meskipun udah SD, tapi aku masih selalu ikut rekreasi TK, ikut ibuku tiap tahun. Seingatku sampe kelas 4 aku ikut rekreasi TK, setelah itu udah gak pernah lagi.

Kelas satu tidak ada kesulitan berarti. Masuk pagi sampai sekitar jam 10. Kelas dua masuk agak siang (lupa jam berapa), pulangnya jam 12. Di kelas tiga dan empat aku masuk siang dengan diselingi pagi. Maksudnya dalam satu bulan ada satu minggu di mana kelasku masuk pagi, sisanya masuk siang. Karena jatah masuk siang ada 4 kelas (2 kelas 4, 2 kelas 3). Jadi kalo mau masuk siang minggu berikutnya, hari Sabtu udah dikasih tau. Tapi tetep aja kadang khawatir kalo-kalo ternyata kelas masuk pagi, padahal aku mikir masuknya siang. Malah pernah kecele masuk pagi, eh ternyata kelasku masuk siang.

Di kelas tiga inilah prestasi terburukku selama di SD. Nilai-nilaiku jatuh gak pegangan. Khawatir dengan kemajuan belajarku, ibuku memasukkan aku dalam les seorang guruku, yang mengajar kelas empat. Perlahan-lahan nilaiku agak meningkat, sehingga di akhir tahun ajaran aku berhasil ikut naik kelas.

Meskipun masuk siang, tapi pelajaran olahraga tetep dilakukan pagi hari. Pernah sekali olahraga diikutkan di siang hari, tapi ternyata siangnya hujan deres banget, sehingga pelajaran olahraganya berganti dengan kegiatan main hujan-hujanan.

Kelas empat punya pengalaman masuk sekolah hampir sama dengan kelas tiga, karena jadwal masuknya sama. Kelas lima udah mulai masuk pagi lagi, dari jam 7 sampe jam 12 siang, sama dengan kelas enam. Mulai pertengahan kelas lima ini aku berhenti dari les guruku kelas empat, ganti ke les guruku kelas lima. Kelas lima ini mulai ada spesialisasi buat guru di tiap mata pelajarannya, tidak seperti tahun-tahun sebelumnya yang satu guru untuk semua pelajaran sekaligus wali kelasnya.

Tiap masuk pagi selalu ada upacara di hari Senin, dan senam kesegaran jasmani di hari lainnya. Ada pembacaan sila-sila Pancasila sebelum memulai pelajaran (sekarang masih ada apa nggak ya?). Aku juga mengikuti ekstrakulikuler drumband sejak kelas 4 sampe kelas 6. Untuk rekreasi SD, kami pergi ke Tanjung Kodok Lamongan, Gua Maharani di Lamongan juga, Kebun Binatang Surabaya, dan terakhir ke Tanjung Perak.

Sepanjang SD, aku termasuk anak yang berbadan kecil, sering jadi bulan-bulanan teman-teman yang lebih gede. Tapi sekarang, pernah ketemu teman yang dulu badannya gede, dibandingin sama aku badannya ternyata lebih kecil daripada aku.

Aku gak tau mulai masuk TK pada usia berapa, tapi sepertinya di usia tiga tahun, soalnya pas umur lima taun aku udah masuk SD. TK ‘Aisyiyah Bustanul Athfal, opsi utama sekolahku bagi orangtuaku, karena emang ibuku kepala TKnya. Jaraknya sekitar 200 m dari rumahku, padahal 50 m ke arah utara dari rumahku ada TK juga. Karena ibuku waktu itu lagi cuti karena ngurus adekku yang masih kecil, maka aku berangkat sekolah seringnya diantar nenekku sambil bareng beliau berangkat kerja, pulangnya ada yang jemput, seringnya kakak sepupuku. Tapi tak jarang juga kalo ada teman bareng pulangnya jalan kaki, tar nunggu di pinggir jalan buat diseberangkan.

Tak banyak yang aku ingat di masa TK ini, kecuali aku adalah anak yang tidak bisa bersosialisasi dengan baik dan benar. Waktu istirahat aku habiskan dengan duduk-duduk di bangku depan kelas, seringnya ditemani sama bapak penjaga TK. Saat di nol kecil, karena udah bisa baca, abis jam istirahat pindah ke nol besar buat ikut ulih-ulihan. Tapi masa TK penuh aku abiskan selama dua tahun. Tapi yang aku ingat pas di nol kecil aku sering bolos, males berangkat sekolah. Sering kalo pagi di depan rumah aku liat teman-temanku lagi berangkat sekolah, tapi aku gak tergerak buat rajin masuk. Di nol besarnya baru aku mau rajin sekolah.

Aku sering mengingat nama-nama lengkap teman sekelasku, karena biasanya diabsen dengan dipanggil satu per satu. Tapi ada juga nama temanku yang aku gak tau nama lengkapnya, padahal dia akrab banget denganku, meskipun kemudian pas SD berpisah dan belum pernah ketemu lagi sampai sekarang. Aku cuma ingat nama panggilannya, aku dulu manggil dia Mas Wiwit. Rekreasi TK waktu itu pergi ke Kebun Binatang Surabaya, Pantai Kenjeran Surabaya, dan mengamati dari jauh Bandara Juanda Surabaya.

Dalam perpisahan pun aku juga diikutkan tampil. Waktu itu aku jadi dokter dalam sandiwaranya. Dalam sandiwara itu ada pidato tanpa teks juga, yang aku dilatih berminggu-minggu sebelum acara itu. Pidatonya lumayan panjang, tapi berhasil aku hapal. Buat jaga-jaga kalo aku gak hapal, ada guruku yang khusus duduk di barisan penonton paling depan, jadi kalo aku melihat ke beliau ini, beliau memberiku petunjuk dengan menuntunku kata-kata pidatonya. Kadang aku melihat beliau juga walau gak lupa teksnya, buat minta dukungan aja lah. Acara ini aku inget banget, karena ada beberapa foto dari acara tersebut yang masih disimpan dan kadang masih aku liat.