Arsip Penulis

Konsep algoritma telah ada sejak zaman prasejarah. Algoritma aritmatika, seperti algoritma divisi, digunakan oleh matematikawan Babilonia kuno sekitar tahun 2500 SM dan matematikawan Mesir sekitar tahun 1550 SM. Matematikawan Yunani kemudian juga menggunakan algoritma pada 240 SM sebagaimana yang terdapat pada Tapis Eratosthenes untuk menemukan bilangan prima, dan Algoritma Euklides untuk menemukan pembagi persekutuan terbesar dari dua bilangan. Matematikawan Arab seperti al-Kindi pada abad ke-9 menggunakan algoritma kriptografi untuk pemecahan kode, berdasarkan analisis frekuensi.

Kata algoritma berasal dari nama matematikawan Persia abad ke-9, Muḥammad bin Mūsā al-Khwārizmī, yang nisbah-nya (yang mengidentifikasikannya sebagai seseorang yang berasal dari Khwarezmia) dilatinkan sebagai Algoritmi (bahasa Persia yang diarabkan: الخوارزمی sekitar: 780-850). Namanya bermakna ‘yang berasal dari (daerah) Khwarezmia’, sebuah daerah yang dulunya merupakan bagian dari Iran Raya dan sekarang sebagai bagian dari Uzbekistan. Sekitar tahun 825, Al-Khwarizmi menulis sebuah risalah berbahasa Arab tentang sistem angka Hindu – Arab, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin selama abad ke-12. Naskah ini dimulai dengan frasa Dixit Algorizmi (‘Maka berkatalah Al-Khwarizmi’), di mana “Algorizmi” di sini adalah Latinisasi penerjemah akan nama Al-Khwarizmi.

Ilustrasi Muḥammad bin Mūsā al-Khwārizmī

Bukunya yang bernama Aljabar menjadi salah satu buku matematikawan yang paling banyak dibaca di Eropa pada abad pertengahan. Dalam bahasa Latin abad pertengahan, kata algorismus, yang merupakan pengadaptasian dari namanya, menjadi kata yang bermakna “sistem bilangan desimal”. Pada abad ke-15, di bawah pengaruh kata Yunani ἀριθμός (arithmos), ‘angka’ (lih. ‘aritmatika’), kata Latin-nya diubah menjadi algorithmus.

Dalam bahasa Inggris, kata algorithm pertama kali digunakan pada sekitar tahun 1230 dan kemudian oleh Chaucer pada 1391. Bahasa Inggris mengadopsi istilah tersebut dari bahasa Prancis, akan tetapi baru pada abad ke-19 lah kata “algorithm” mulai memiliki makna seperti sekarang yang ada dalam bahasa Inggris modern.

Matematika India pada awalnya sebagian besar berbentuk algoritmik. Algoritma yang mewakili tradisi matematika India berkisar dari Śhulba Sūtrā dari beberapa abad sebelum masehi hingga teks-teks abad pertengahan dari Sekolah Kerala akan Astronomi dan Matematika.

Pemakaian awal lainnya dari kata ini berasal dari tahun 1240, dalam sebuah manual berjudul Carmen de Algorismo yang disusun oleh Alexandre de Villedieu. Yang kalimatnya diawali dengan:

Haec algorismus ars praesens dicitur, in qua / Talibus Indorum fruimur bis quinque figuris.

yang bermakna:
Algorisme adalah ilmu yang saat ini kita gunakan untuk menghitung dengan angka-angka India, yang jumlahnya ada dua kali lima (sepuluh). Puisi ini panjangnya beberapa ratus baris dan merangkum ilmu menghitung dengan angka-angka yang diadopsi dari India.
Formalisasi parsial dari konsep algoritma modern dimulai dengan upaya untuk memecahkan Entscheidungsproblem (masalah pengambilan keputusan) yang diajukan oleh David Hilbert pada tahun 1928. Formalisasi selanjutnya dibingkai sebagai upaya untuk mendefinisikan “kalkulabilitas efektif” atau “metode efektif”. Formalisasi tersebut termasuk fungsi rekursif Gödel-Herbrand-Kleene pada tahun 1930, 1934 dan 1935, kalkulus lambda Alonzo Church pada tahun 1936, Formulasi 1 Emil Post pada tahun 1936, dan mesin Turing-nya Alan Turing pada tahun 1936-37 dan 1939. (sumber)

Tahun 1950, algoritma mulai akrab disebut bersamaan dengan komputer dan AI. Pada tahun 1950, kata algoritma pertama kali digunakan pada “algoritma Euclidean” (Euclid`s algorithm). Euclid, seorang matematikawan Yunani (lahir pada tahun 350 M), dalam bukunya yang berjudul Element menuliskan langkah-langkah untuk menemukan pembagi bersama terbesar (common greatest divisor atau gcd), dari dua buah bilangan bulat, m dan n [KNU73] (tentu saja Eulid tidak menyebut metodenya itu sebagai algoritma, baru di abad modernlah orang-orang menyebut metodenya itu sebagai “algoritma Euclidean”). Pembagi bersama terbesar dari dua buah bilangan bulat tak negatif adalah bilangan bulat positif terbesar yang habis membagi kedua bilangan tersebut. (sumber)

Tahun 1956, mesin AI pertama kali diciptakan untuk menjawab problem geometrik berbekal bahasa pemrograman dan informasi tertentu. Di tahun ini, peneliti mulai serius melihat potensi komputer yang diprogram dengan bahasa tertentu untuk menyelesaikan masalah sehari-hari.

Tahun 1958, LISP atau bahasa pemrograman untuk AI mulai diperkenalkan.

Tahun 1963, program bernama “ANALOGY” diperkenalkan. Program ini mampu mengerjakan tes masuk universitas (SAT versi Amerika Serikat) hanya dengan aturan semantik untuk interpretasinya.

Tahun 1961, “UNIMATE” robot industrial pertama mulai digunakan oleh General Motors.

Tahun 1966, AI pertama kali diajari untuk menerjemahkan informasi visual, tapi gagal. Ada juga “ELIZA”, mesin percakapan pertama yang dibuat berbekal pola tingkah laku manusia.

Tahun 1967, muncul bahasa pemrograman “LOGO” untuk memprogram robot.

Tahun 1979, muncul sistem untuk mendiagnosa penyakit berbahaya hanya lewat darah. Namun, praktik ini dihentikan karena alasan etis.

Tahun 1982, muncul mesin “speech recognition” pertama yang mampu mengubah suara menjadi informasi.

Tahun 1997, mesin “Deep Blue” mampu mengalahkan pemain catur dunia dalam pertandingan catur.

Tahun 2005, Amerika Serikat menggunakan robot otomatis untuk melontarkan bom di Iraq dan Afghanistan.

Tahun 2008, Google memperkenalkan teknologi “voice recognition”.
(sumber)

Dalam matematika dan ilmu komputer, algoritma adalah rangkaian terbatas dari instruksi-instruksi yang rumit, yang biasanya digunakan untuk menyelesaikan atau menjalankan suatu kelompok masalah komputasi tertentu. Algoritma digunakan sebagai spesifikasi untuk melakukan perhitungan dan pemrosesan data. Algoritma yang lebih mutakhir dapat melakukan deduksi otomatis (disebut sebagai penalaran otomatis) dan menggunakan tes matematis dan logis untuk mengarahkan eksekusi kode melalui berbagai rute (disebut sebagai pengambilan keputusan otomatis). Penggunaan karakteristik manusia sebagai deskriptor mesin secara metaforis telah dipraktekkan oleh Alan Turing dengan terminologi seperti “memory”, “search” dan “stimulus”.

Sebaliknya, heuristika adalah pendekatan untuk pemecahan masalah komputasi yang mungkin tidak sepenuhnya terspesifikasi atau tidak menjamin hasil yang benar atau optimal, terutama dalam ranah masalah komputasi yang mana tidak ada hasil yang benar atau optimal yang terdefinisi dengan baik.

Sebagai metode yang efektif, algoritma dapat diekspresikan dalam jumlah ruang dan waktu yang terbatas, dan dalam bahasa formal yang terdefinisi dengan baik untuk menghitung suatu fungsi. Dimulai dari tataran awal dan input awal (bisa jadi kosong), instruksi-instruksi yang ada menggambarkan sebuah komputasi yang, ketika dieksekusi, berjalan melalui sejumlah tataran dengan jumlah terhingga yang terdefinisi dengan baik, yang pada akhirnya menghasilkan “output” dan berakhir pada tataran final akhir. Transisi dari satu tataran ke tataran berikutnya tidak selalu bersifat menentukan; beberapa algoritme, yang dikenal sebagai algoritme acak, menggabungkan input acak.

Definisi informal
Definisi informal algoritma bisa berarti “sekumpulan aturan yang secara tepat menentukan seurutan operasi”. yang mengikutkan semua program komputer, termasuk program yang tidak melakukan perhitungan numerik. Secara umum, sebuah program hanyalah sebuah algoritme jika ia akan berhenti nantinya. (sumber)

Fungsi Algoritma
Intinya, algoritma itu berfungsi untuk memudahkan kita melakukan sesuatu dan memecahkan masalah sehari-hari. Kalau ingin lebih jelas, berikut ini penjelasan fungsi algoritma yang sudah diterapkan sehari-hari.
o Algoritma dapat memperkecil kesalahan atau error dalam pemrograman. Sebab, algoritma dapat menjalankan segala sesuatu secara otomatis sesuai rumus atau instruksi yang sudah ditentukan.
o Algoritma juga membantu developer mencari kesalahan atau error dari program yang sudah dibuat sebelumnya.
o Algoritma membuat penulisan kode dalam sebuah program menjadi lebih efisien. Developer tidak perlu mengulang-ulang penulisan kode untuk program yang ingin dibuat.
o Algoritma membantu sebuah program atau aplikasi menjadi lebih ringkas dan berukuran kecil. Sebab, aplikasi berjalan lewat proses otomatis algoritma. Bukan dari kode yang ditulis secara manual.
o Algoritma membantu pembuatan program yang lebih terstruktur dan logis. Percayalah ini akan memudahkan developer ketika perlu mengembangkan fitur tambahan.

Karakteristik Algoritma
Kenapa algoritma bisa membuat dan menjalankan sesuatu yang sangat kompleks? Jawabannya, karena algoritma itu tidak ditulis dengan sembarangan.

Ada beberapa karakteristik algoritma yang membuatnya bisa menjalankan program dengan baik:
o Jelas, tidak ambigu. Setiap instruksi yang ditulis langsung bisa dipahami dan tidak membuat orang salah mengartikannya.
o Punya input yang jelas. Jika memerlukan input atau data, ia harus sudah ditentukan secara jelas.
o Punya output yang jelas. Hasil dari algoritma juga perlu ditentukan dengan jelas.
o Finite atau terbatas. Algoritma memiliki langkah-langkah yang terbatas. Ini untuk memastikan algoritma secepat mungkin menghasilkan output yang diinginkan.
o Feasible atau mungkin dieksekusi. Algoritma tidak boleh mengandung komponen yang tidak universal atau bagian dari teknologi masa depan. Tujuannya, agar algoritma bisa menjalankan tugasnya dengan mudah tanpa hambatan.
o Tidak bergantung pada bahasa pemrograman tertentu. Algoritma harus ditulis dengan instruksi sederhana, hingga bisa ditulis ulang dengan bahasa pemrograman apapun. (sumber)

Contoh Algoritma Flowchart Aplikasi
Seperti yang disebutkan sebelumnya, algoritma dapat digunakan di banyak area, dan sering ditampilkan dalam bentuk diagram alur untuk pemahaman visual. Dengan kata lain, diagram alir adalah diagram yang merepresentasikan algoritme, yang menunjukkan langkah-langkah dalam berbagai kotak dan menampilkan proses dengan menghubungkan kotak-kotak tersebut. Berikut beberapa contoh penerapan algoritma dalam bentuk diagram alir.

Contoh Flowchart Aplikasi

Di atas adalah contoh Algoritma untuk mencari bilangan yang dibagi 2 hasilnya 0, untuk penulisan algoritma saya sarankan menggunakan Bahasa Inggris. Anda bisa menggunakan aplikasi Word, Google Docs, Lucid Chart untuk membuat Flow Algoritma.

Seberapa Penting Algoritma Untuk Dipelajari
Jika kamu ingin menjadi seorang programmer, arsitektur software, software developer atau bidang IT lainnya, kamu harus memahami Algoritma, kenapa? Pada dasarnya algoritma adalah cara untuk menyelesaikan masalah dan menghasilkan sebuah output, mungkin di pekerjaan bidang IT Anda boleh tidak menggunakan flowchart jika Anda sudah memahaminya di luar kepala, namu akan lebih baik jika kamu mendokumentasikan flowchart dan flow lainnya. Contoh Real Case yaitu ketika Anda diberi task untuk membuat login maka Anda harus paham flow bagaimana login bekerja dan setelah itu Anda mengimplementasikannya dalam bentuk kode. (sumber)

Referensi:

  1. https://id.wikipedia.org/wiki/Algoritma
  2. https://bitlabs.id/blog/algoritma-adalah/
  3. https://www.stebisigm.ac.id/berita223-Pengertian-dan-Sejarah-Algoritma.html#:~:text=Awalnya%2C%20algoritma%20merupakan%20istilah%20yang,(Euclid%60s%20algorithm).
  4. https://www.konsepkoding.com/2020/08/apa-itu-algoritma-pengertian-sejarah.html

PS

Posted: 22 Juni 2021 in Pengalaman
Tag:, ,

Salah satu konsol game yang populer adalah PlayStation. PlayStation (プレイステーション pureisutēshon, disingkat PS) merupakan jajaran merek konsol permainan video rumahan, serta pusat media, layanan daring, deretan pengontrol permainan, konsol genggam, dan ponsel pintar. Diproduksi oleh Sony Interactive Entertainment, yang merupakan divisi dari Sony, pertama kalinya dirilis sebagai konsol permainan video rumahan PlayStation di Jepang pada Desember 1994, dan di seluruh dunia pada tahun berikutnya. (sumber)

Sebagai salah satu orang yang menggemari game, tentu saja saya pernah bermain PS. Nggak beli sih, mainnya biasanya di tempat rental. Bukannya karena nggak mampu beli, cuma uangnya kurang aja. Masa di mana saya mengenal PS adalah saat saya bersekolah di SMK, seiring rental PS bermunculan. Sering sepulang sekolah saya menyempatkan waktu buat mampir dan main di tempat rental PS.

Main PS di rentalan itu sangat bergantung pada banyaknya uang buat bayar rental, sehingga saya biasanya cuma menghabiskan 1 jam buat main game di rental PS, karena nggak cukup uangnya. Saya waktu itu biasa main game FIFA ’99 atau Marvel vs Capcom, karena udah terlanjur kebiasaan. Mau coba-coba main yang lain waktunya nggak cukup buat jadi jago, orang main cuma 1 jam doang.

Biasanya saya ke rental PS ini sama teman saya, yang suka bareng saya berangkat dan pulang sekolah. Kalo nggak salah waktu itu bayar 1500 rupiah buat main setengah jam. Itu juga kalo lagi rame tempatnya kami harus ngantri dulu mainnya, nunggu yang udah habis durasi mainnya, yang kadang kalo dia udah habis minta diperpanjang lagi. Ya akhirnya mau nggak mau nunggu lagi yang lain. Kalo udah serental itu pesen main 2 jam dan pada baru mulai semua, kita bisa batal mainnya, pulang aja nunggu segitu waktunya. Soalnya nggak pasti, tar udah main 2 jam, mau abis malah minta perpanjangan lagi.

Suatu ketika saya mengikuti praktek industri di Malang, dan tempat pertama yang saya cari saat di situ adalah rental PS dan warnet. Saya nemu ada 1 tempat rental PS di dekat tempat kos, 1 lagi ada cuma cukup jauh dari tempat kos. Kalo warnet nggak nemu, mungkin karena waktu itu internet belum terlalu populer. Nah, ada salah seorang teman saya yang juga seneng banget main PS, cuma dia seringnya main game Winning Eleven, nggak bisa main game FIFA. Akhirnya mau nggak mau saya jadi belajar main Winning Eleven biar bisa main bareng. Cuma karena kebiasaan main FIFA, pas main sendiri saya lebih suka milih game FIFA. Kalo nggak salah sampe FIFA 2000 saya maininnya di rental PS.

Di rumah bapak saya punya usaha agen tiket perjalanan kapal laut yang menjual tiket dari agen besar yang bertempat di Tulungagung. Saya biasanya yang dapat tugas mengambil tiket dari agen yang ada di Tulungagung. Biasanya saya naik bis ke Tulungagung, karena waktu itu masih belum berani naik motor. Sambil ngambil tiket ini saya coba mengamati daerah dekat-dekat kantor agen tiketnya, ada nggak ya rental PS dekat situ. Dari pengamatan ini saya menemukan 2 tempat rental PS. Sehingga seringkali kalo naik bis saya turun di tempat rental PS ini ketimbang turun di kantor agen tiketnya.

Rental PS yang pertama agak jauh tempatnya, tapi unitnya banyak. Jadi kalopun nanti saya antri mainnya, seenggaknya ada beberapa pilihan buat nunggu yang udah main mau abis waktunya. Tapi biasanya kalo terlalu rame tempatnya, atau waktu tunggunya lumayan lama, saya pindah ke tempat satunya. Yang satunya ini dikit unitnya, kalo nggak salah ingat cuma 3. Jadi kalo pas rame, kadang saya nggak jadi main, mending pulang aja, apalagi kalo waktunya nunggu agak lama. Kalo dekat rumah sih nggak pa-pa nunggu agak lama, ini jauh sih dari rumah.

Itu pengalaman saya main PS di rentalan, masih di masa PS 1 waktu itu. Masa-masa main PS 2 itu pas saya udah lulus sekolah. Main pertama kali kalo nggak salah di tempat paman saya, kebetulan waktu itu beliau buka rentalan PS yang jadi satu tempatnya sama kios jualan VCD. Kemudian nyoba main ke rentalan PS dekat tempat kerja, yang mana ini adalah pertama kali saya terkesan karena main PS sekarang nggak perlu pake CD, karena di mesinnya udah dipasangi harddisk. Wih, sekarang pilihan main game pake 1 mesin ini bisa lebih banyak.

Di masa-masa main PS 2 ini saya mulai suka main game Pro Evolution Soccer, yang kurang lebih hampir sama kaya Winning Eleven. Mulai belajar lagi karena udah lama sejak main sama teman tadi saya nggak pernah main game keluaran Konami lagi.

Dan jujur aja, PS terakhir yang saya mainin itu PS 2. Saya belum pernah main PS lagi sejak itu, apalagi sampe sekarang generasi PS 5. Udah ketinggalan banget rasanya saya game-game PS. Sekarang main game juga lebih banyak di komputer, kalo nggak di HP. Tempat-tempat rental PS sekarang ini juga saya nggak tau lagi di mana aja, masih ada ato nggak. Apalagi kalo mau main game PS sekarang bisa juga lewat komputer atau HP pake emulator, meskipun belum bisa menghilangkan rasa kagum saya dengan PS sebagai mesin game pertama yang saya tau, bisa dipasang harddisk, sehingga main game bisa sepraktis itu tanpa gonta-ganti CD.

Sunatan

Posted: 28 April 2021 in Pengalaman
Tag:, ,

Saya disunat pada masa liburan kenaikan kelas dari kelas 5 ke kelas 6. Cerita tentang proses sunat alias khitan saya itu cukup unik buat saya pribadi, karena sebenarnya saya dan keluarga saya tidak merencanakan bahwa saya akan disunat pada waktu itu. Awalnya pada waktu kenaikan kelas itu saya masuk ranking 3 besar di kelas, saya lupa ranking berapa, yang pasti bukan ranking 1, karena sepanjang karir sekolah saya itu belum pernah saya dapat ranking nomor 1.

Habis penerimaan raport dan pengumuman ranking, saya minta hadiah bisa ikut rekreasi sekolah. Waktu itu rekreasi sekolah memang diperuntukkan buat kelas 6 saja sebenernya, tapi anak-anak kelas 5 boleh ikut dengan mendaftar dan membayar iuran sebesar 15 ribu rupiah. Saya ingat hanya beberapa saja anak kelas 5 yang ikut, termasuk saya. Dan pas mendaftar, saya nggak ngasih tau orang tua kalo saya mau ikut rekreasi. Saya mendaftar dengan uang tabungan saya sendiri.

Sebenarnya orang tua saya sudah menyetujui dan saya tinggal berangkat saja di hari H. Tapi pagi hari jelang berangkat, orang tua saya berubah pikiran, karena waktu itu nenek saya cerita bermimpi kalo beliau punya 2 anak ayam dan yang satunya hilang. Karena itulah nenek saya takut kalo terjadi sesuatu dengan saya pada saat rekreasi, dan akhirnya saya dilarang ikut. Saya ya jelas nangis dong, orang rekreasi tinggal berangkat doang eh malah dilarang. Jadinya saya batal ikut rekreasi karena takhayul.

Kira-kira beberapa hari kemudian saya dipanggil guru saya ke kantor buat menjelaskan kronologi gimana saya nggak jadi ikut rekreasi. Tentu saja saya agak bingung menjelaskan, bahwa saya batal ikut rekreasi karena mimpi nenek saya, tapi ya udah saya ceritakan yang sebenar-benarnya tanpa saya tambahi dan kurangi. Akhirnya uang yang telah saya bayarkan buat ikut rekreasi dikembalikan separuhnya, lumayan!

Karena nggak dapat izin ikut rekreasi, saya minta hal lain buat ngegantiin. Kebetulan waktu itu ada acara yang kalo zaman sekarang semacam meet and greet gitu. Dan artisnya adalah, coba tebak siapa, yak betul banget, Ksatria Baja Hitam! Beneran ini, Ksatria Baja Hitam, datang bikin pertunjukan dan jumpa fans di Surabaya. Sebagai fans beratnya saya udah pasti mendamba buat bisa nonton langsung dong! Dan itulah yang saya minta buat pengganti rekreasi yang gagal tadi.

Tapi kendalanya adalah ongkosnya mahal, lupa waktu itu biayanya berapa buat tiket masuk nontonnya. Belum biaya perjalanan dari Kediri ke Surabayanya juga. Akhirnya nggak jadi lah nonton Ksatria Baja Hitam. Tapi saya masih boleh minta hadiah yang lain untungnya, meskipun mungkin orang tua saya cemas, permintaan aneh apa lagi yang bakal saya utarakan. Akhirnya saya minta dibeliin robot-robotan. Beberapa waktu sebelumnya pas ke toko swalayan saya lihat action figure sebenernya, tapi karena saya nggak tau namanya apa itu akhirnya saya bilang aja robot-robotan. Action figure Saint Seiya bagus banget, dan saya pengen.

Mungkin ada yang bertanya-tanya, terus cerita sunatnya mana, dari tadi cerita soal rekreasi, Ksatria Baja Hitam, terus robot-robotan, padahal dari atas premisnya udah soal sunat. Jadi mungkin sekitar seminggu setelah liburan panjang kenaikan kelas, tiba-tiba saya kepikiran tentang gimana kalo saya sunat aja. Awalnya nggak kepikiran banget itu, soalnya emang belum pengen aja. Sekelas saya di sekolah itu yang saya tau udah sunat baru 1 orang. Tapi nggak tau kenapa, tekad saya waktu itu udah pengen aja sunat, sekalian lah sekali seumur hidup sekarang aja gitu kali. Akhirnya saya menyampaikan permintaan saya tadi ke orang tua saya tentang sunat itu.

Hanya saja waktu itu saya minta kalo sunatnya nggak usah rame-rame, cukup keluarga dekat aja yang dikasih tau. Setelah semua pihak menyetujui maka hari dan tanggal eksekusi saya ditetapkan. Kalo nggak salah waktu itu harinya Rabu, pokoknya seingat saya di tengah-tengah minggu gitu. Soalnya di hari Minggu sebelumnya orang tua saya keliling tuh, ke kerabat-kerabat ngasih tau kalo saya mau sunat. Kerabat saya pada kaget dong mendadak gitu, padahal mereka juga nggak tau kalo saya juga kaget bisa gitu.

Tepat di hari H saya diantar Bapak dan seorang keluarga, saya lupa siapa, ke mantri langganan buat sunat. Langganan di sini kalo sakit saya biasanya ke situ ya, bukan langganan sunat, kan cuma sekali. Nggak ada perayaan apa-apa di rumah. Yang datang berkunjung juga cuma kerabat-kerabat sama beberapa tetangga. Teman-teman sekolah saya juga nggak ada yang dikasih tau, baru sekitar 2 minggu setelahnya saya kabarin teman dekat saya.

Waktu itu kan sunat masih pake cara manual ya, belum musim pake laser atau alis clamp gitu, jadi lukanya masih agak lama sembuhnya. Kalo nggak salah saya sampe 7 hari baru kering lukanya.

Nah, gitu ceritanya sunat saya dulu. Ceritanya tentang sunatnya dikit ya, cuma akhir-akhir aja, tapi rangkaian dari awal panjang bener. Ya soalnya emang gitu sih, ada rangkaian-rangkaiannya gitu biar nyambung.

Udah lama banget sejak terakhir saya posting tulisan saya di blog saya ini. Bahkan saking lamanya, saya sempat agak lupa kata kunci masuk WordPress saya. Penyebab saya lama nggak posting tulisan itu karena jarang dapat ide, sekalinya dapat idenya nggak berkembang, bisa berkembang dikit nggak bisa bikin akhiran tulisan yang pas, jadinya nggak nyampai-nyampai rangkaian tulisannya.

Tapi gara-gara saya melalui proses perpanjangan SIM C di bulan lalu, saya jadi dapat ide buat nyeritain gimana pertama kali dulu saya bikin SIM, sekaligus proses yang saya jalani pas perpanjangan SIM kemarin. Awalnya dulu saya pertama kali bikin SIM C karena diajak bapak saya abis lulus sekolah di STM. Saya lulus STM kan baru 17 tahun, baru banget itu beberapa bulan aja, bahkan KTP aja belum bikin. Tau-tau sama bapak saya diajak buat bikin SIM. Nggak tau itu karena pas bapak saya punya uang buat bikin SIM apa biar saya nggak ngrepot-repotin kalo mau ke mana-mana bisa naik motor sendiri, nggak minta antar.

Kebetulan waktu itu kalo nggak salah bapak juga abis perpanjangan SIM, jadi masih anget-angetnya beliau tau prosesnya. Tempat bikin SIM-nya, alias Satuan Penyelenggara Administrasi SIM, yang sering disingkat Satpas, lumayan jauh dari rumah saya, sekitar 30-an km. Jadi kami berangkat pagi-pagi biar nggak kelamaan antrinya. Saya kan nggak tau apa-apa ya gimana proses bikin SIM, jadi semua proses diurus sama bapak. Nyampe parkiran Satpas itu udah ditungguin beberapa orang, ya sebut aja calo. Bapak saya pake jasa salah satu calo itu, bayar di tempat kalo nggak salah waktu itu 185 ribu rupiah, pokoknya nggak nyampe 200 ribuan.

Prosesnya sederhana sih menurut saya, tinggal daftar, nunggu antri dipanggil, isi data, foto, udah gitu doang kalo nggak salah. Tapi yang jadi kendala adalah, waktu itu saya belum punya KTP, cuma bekal kartu pelajar doang. SIM-nya sih udah jadi, saya pas dipanggil juga udah ada itu wujudnya. Tapi pas mau ambil saya harus nunjukin KTP-nya. Abis nego-nego tipis akhirnya saya nggak bisa ambil SIM saya saat itu juga. Saya harus ngurus KTP dulu.

Seingat saya waktu itu hari Selasa, jadi malamnya saya langsung minta surat pengantar dari Pak RT buat bikin KTP, besok paginya langsung berangkat ke kantor desa dan kecamatan buat proses selanjutnya. KTP baru jadi hari Jumat pagi, saya ambil sekalian mampir ke tempat fotokopi buat laminating biar awet, langsung berangkat lagi ke Satpas. Alhamdulillah, berbekal KTP baru jadi, SIM saya juga baru jadi, maksudnya bisa diambil.

Udah punya SIM tentu aja kalo naik motor ke mana-mana nggak bakal was-was mau ditilang polisi kalo ada operasi di jalan. Tapi pernah juga sih, pas SIM habis masa berlakunya, terus saya belum punya duit buat urus perpanjangannya, kena juga tilang polisi. Ya mau nggak mau harus bayar tilang juga.

Selain SIM C, saya juga pernah punya SIM A. Ceritanya waktu itu karena sopir di kantor saya keluar kerja, kantor saya jadi merekrut sopir baru, dan saya jadi sopir cadangan. Tapi karena kami sama-sama belum bisa nyopir mobil dan belum punya SIM A, jadinya kami berdua diikutkan kursus mengemudi selama 2 minggu. Setelah itu kami dapat sertifikan dan kemudahan buat ngurus SIM A dari tempat kursusnya, langsung nggak pake ujian lagi. Dapat juga akhirnya SIM A, yang sayangnya pas masa berlakunya habis saya nggak mau memperpanjang lagi, karena selain udah jarang bantu nyopirin, saya juga lagi nggak punya duit waktu itu.

Nah, sekarang saya mau nyeritain proses perpanjangan SIM saya yang kemarin ini. Jadi saya sudah ancang-ancang nih buat rencana ngurus perpanjangan SIM ini. Udah ngajuin cuti pas jelang tanggal habis berlakunya, berangkat awal karena kebetulan pas hari Jumat, jadi jelang shalat Jumat perkiraan udah ada di rumah buat persiapan berangkat, sampai nyari-nyari info dikit tentang proses perpanjangan SIM yang sekarang, karena denger-denger ada proses yang beda sama yang dulu-dulu.

Nyampe di Satpas udah ada yang nungguin, ya sebut aja calo. Masih ada aja calonya ternyata. Tapi calo-calonya baik ini, saya dideketin terus ditanyain keperluannya apa, terus saya dikasih arahan ke mana saya harus datang pertama kali, terus alurnya nanti gimana. Cuma akhirnya aja yang nawarin mau pake jasa dia atau nggak. Jadi pertama kali saya harus fotokopi dulu, SIM lama sama KTP saya yang masih berlaku, bayar 5 ribu. Kemudian tes kesehatan, bayar 30 ribu. Tes kesehatannya cuma tes buta warna pake tes Ishihara dengan 3 kartu gambar. Abis itu bayar asuransi kecelakaan 30 ribu, terus tes psikologi bayar 50 ribu. Proses-proses ini lokasinya berada di luar Satpas.

Begitu selesai rangkaian tes tadi, kemudian saya masuk ke area Satpas. Tidak lupa protokol kesehatan harus cuci tangan dulu sebelum masuk, dicek suhu, dan juga masuk lewat gerbang semprotan cairan antiseptik. Kemudian masukin berkas-berkas ke buat dapetin nomor antrian, bayar biaya perpanjangan sebesar 75 ribu, kemudian masuk buat entri data. Abis entri data saya mengisi formulir isian, antri foto, abis itu SIM udah jadi. Lumayan cepet juga jadinya antara selesai foto sama dipanggil buat ambil SIM.

Nah, itu tadi pengalaman saya dengan SIM, lumayan kan buat ngisi tulisan di blog lagi, bisa nambah 1 postingan lagi semoga bisa nyembuhin ide yang lain biar nggak macet.

Ambulans

Posted: 6 Maret 2018 in Pengalaman
Tag:, ,

IMG_1715Sebagai karyawan rumah sakit, saya juga sangat akrab dengan yang namanya ambulans. Bahkan saking akrabnya, kita sering jalan bareng, makan bareng, tapi nggak minum bareng. Ambulans adalah sarana transportasi utama di tempat kerja saya, entah itu untuk keperluan pelayanan rumah sakit ataupun di luar itu.

Dulu saya sempat jadi supir ambulans cadangan. Karena tenaga supir terbatas, sedangkan keperluan rumah sakit banyak, saya “dipaksa” untuk bisa nyupir dan menjadi supir. Karena itu saya sampai dikursuskan sama tempat kerja di salah satu tempat kursus ternama di Kediri. Tempat kursus ini selain melayani kursus mengemudi, juga menyediakan jasa pengurusan SIM juga.

Setelah ikut kursus selama 12 hari, saya lulus dan mendapatkan SIM. Sehingga mau nggak mau saya harus siap kalo sewaktu-waktu rumah sakit membutuhkan mobil di saat supir benerannya nggak siap. Saya masih ingat pertama kali menyupir ambulans itu saat mengantarkan pasien pulang setelah dirawat inap. Rasanya agak deg-degan, tapi karena waktu itu saya nganternya sama temen juga, jadi agak lega. Cuma masalahnya, temen saya tadi juga baru pertama kali nyupirnya. Dia kursus bareng sama saya.

Tapi di luar pengalaman saya tadi, bagi kebanyakan orang ambulans adalah sebuah pertanda buruk. Pernah suatu ketika karena rumah sakit tempat saya bekerja akan mengadakan bakti sosial yang tempatnya deket sama rumah saya, maka barang-barang perlengkapan bakti sosial dititipkan di rumah saya, biar besoknya gampang ngangkutnya. Dan ngangkutnya ke rumah saya, udah pasti pake ambulans, nggak mungkin kan pake ojek online.

Jadi malam sebelum acara bakti sosial, ambulans ke rumah saya buat ngangkut barang-barang perlengkapan tadi. Setelah selesai dan ambulansnya pulang, orang-orang di sekitar rumah saya pada datang ke rumah saya, nanyain siapa yang sakit.

Salah satu kendaraan prioritas di jalanan adalah ambulans. Menurut pasal 134 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009, tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan, kendaraan yang didahulukan di jalan sesuai dengan urutan sebagai berikut.

  1. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang melaksanakan tugas;
  2. Ambulans yang mengangkut orang sakit;
  3. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada Kecelakaan Lalu Lintas;
  4. Kendaraan pimpinan Lembaga Negara Republik Indonesia;
  5. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi tamu negara;
  6. Iring-iringan pengantar jenazah;
  7. Konvoi dan/atau kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Saya punya pengalaman beberapa kali yang menurut saya pribadi, saya terselamatkan karena saya mengendarai ambulans. Pertama waktu itu saya dapat tugas mengambil CPU di toko komputer. Di jalan, saya akan mendahului sebuah truk tangki besar. Dari depan di arah berlawanan, ada truk tangki besar juga yang akan melintas. Karena saya sudah kepalang di tengah jalan, saya hanya bisa melambatkan mobil sambil memberi tanda untuk truk yang ada di depan pake lampu sein. Eh, ternyata truknya agak minggir biar mobil saya bisa lewat. Saya pikir tulisan ‘AMBULANCE’ di depan mobil saya yang membuat truk tadi minggir, buat mendahulukan saya lewat. Padahal saya juga nggak membunyikan sirine.

Yang kedua waktu itu saya dapat tugas mengantar pasien untuk operasi mulut ke tempat dokter spesialis gigi dan mulut, yang jaraknya sekitar 30 km dari rumah sakit saya. Di jalan ada operasi polisi. Karena saya pake kendaraan yang ada tulisannya ‘AMBULANCE’, saya hampir disuruh lewat. Tapi tiba-tiba polisi yang ada paling dekat dengan saya meminta saya minggir. Nggak taunya ternyata karena dokter gigi yang ada di samping saya nggak pake sabuk pengaman. Tapi karena saya bilang mau nganter pasien yang akan operasi, akhirnya polisi tadi mempersilakan saya lewat.

Sekarang ini, nggak kerasa ambulans yang sering saya supiri dulu sudah sekitar 14 tahun menemani kami di rumah sakit. Dan karena mobil tersebut kurang standar untuk disebut ambulans, selain karena kami juga sudah punya mobil lain yang lebih layak untuk disebut ambulans, tulisan ‘AMBULANCE’ di depannya dilepas. Secara otomatis identitas mobil ini sebagai ambulans ‘resmi’ rumah sakit kami hangus, meskipun mungkin suatu ketika, jika dibutuhkan, mobil ini tetap akan berfungsi sebagai mobil pelayanan ‘ambulans’.

Udah cukup lama saya nggak update postingan di blog, gara-gara ide saya mandeg nggak bisa dikembangin lagi. Hal ini membuat saya berasa dalam tekanan, bahkan saking bertekanannya saya jadi takut login ke akun blog saya sendiri.

Tapi gara-gara saya mau pamerin desain blog saya ini ke seorang temen saya, saya jadi tau kalo akun blog saya diblokir. Saya masukin nama pengguna dan passwordnya, tapi nggak bisa masuk-masuk. Penasaran saya buka e-mail saya, yang juga lama nggak saya update isinya, lalu saya cari e-mail yang dari WordPress. Ternyata emang bener, akun saya diblokir.

Akhirnya saya mengaktifkan kembali akun saya melalui link yang ada di dalam e-mail tadi. Saya diminta melewati prosedur ‘lupa password’, kemudian mengganti password saya. Dan akhirnya saya berhasil masuk ke akun saya ini.

Selanjutnya saya coba masukkan tulisan kecil-kecilan saya, sedikit demi sedikit, biar blog saya ini nggak sepi. Serem juga kalo lama nggak saya isi tulisan, terus saya masuk ke blog ini udah ada banyak sarang laba-labanya, kecoa di mana-mana, banjir karena atap bocor kehujanan, dindingnya udah kotor, tau-tau ternyata udah dihuni orang lain.

Judul Lagu Itu

Posted: 25 Februari 2018 in Pengalaman
Tag:, ,

Beberapa hari belakangan entah kenapa saya tertarik buat nyari lagu-lagu lawas, sekitar tahun ’80 atau ’90-an gitu. Dikarenakan meskipun waktu itu saya masih kecil, tapi saya udah lumayan melek musik. Walaupun waktu itu dunia musik anak-anak di Indonesia masih sangat rame, tapi di rumah saya dikelilingi dengan album-album dari Anggun C. Sasmi, Trio Libels, sampe Evie Tamala, dan album-album lain.

Maklumlah, orangtua saya suka beli kaset-kaset lagu yang lagi ngetren waktu itu. Selain itu, tayangan musik di televisi jaman itu lumayan banyak, walaupun nggak ada MTV, adanya cuma TVRI. Sebut saja acara legendaris Aneka Ria Safari, Album Minggu, Selecta Pop, sampe yang buat anak-anak, Aneka Ria Anak-Anak Safari. Belum lagi radio juga jadi andalan buat bikin rame rumah kalo pagi atau siang, maklum aja waktu itu kan TVRI cuma tayang sore sampe malam aja.

Dan mumpung lagi suka nyari lagu lawas, saya jadi mengingat-ingat lagu apa aja ya yang pernah saya dengerin dan saya tonton. Lumayan banyak sih, dan kebanyakan saya nggak tau judulnya. Cuma inget penyanyinya siapa sama potongan liriknya kaya gimana.

Lagu yang buat saya jadi salah satu prioritas buat dicari juga ada. Lagu ini saya pernah tonton beberapa kali di televisi, musik dan nadanya masih terngiang-ngiang sampe saat ini. Cuma saya nggak tau liriknya gimana, apalagi judulnya. Yang saya tau seingat saya itu lagunya Itje Trisnawati.

Berbekal informasi seadanya ini, saya mulai mencari dimulai dari Youtube. Nggak ketemu, mungkin karena kata kuncinya juga kurang spesifik. Lewat Google, juga kurang efektif. Tapi sebelum nyerah, saya memasukkan kata kunci pencarian yang menurut saya itu bagian dari lirik lagu tersebut. Dan ketemulah salah satu lagu dari Itje Trisnawati, judulnya ‘Aduh Aduh Cinta’.

Saya coba buktikan di Youtube lagu tersebut, ternyata bener! Nada dan musiknya bener-bener sama dengan yang selama ini terngiang-ngiang di pikiran saya selama ini. Cuma sayangnya saya nggak nemu video klipnya, padahal seingat saya video klipnya dulu bagus. Tapi nggak masalah, yang penting saya udah tau judulnya.

Penasaran, saya coba cari info tahun berapa lagu itu dirilis. Kalo nggak salah berdasarkan info yang saya dapat, lagu tersebut rilis taun 1988. Gokil, udah 30 tahunan, saya terngiang-ngiang sama lagu itu, dan saya nggak pernah tau judulnya!

Tapi ngomongin soal video klip, musik dulu sama sekarang emang beda ya. Sekarang video klip dari sebuah lagu digarap dengan beneran, serius, udah kaya film-film gitu. Kalo diliat lagu-lagu lawas, video klipnya ada tuh yang cuplikan dari penampilan di sebuah acara, di Aneka Ria Safari misal, terus digabungin sama penampilan di acara-acara lain.

Bahkan seingat saya ada juga yang lagu kalo ditampilin di televisi yang berbeda, video klipnya juga beda. Saya ingat waktu itu di TVRI sama TPI, masing-masing stasiun televisi kaya semacam bikin video klip sendiri-sendiri, nggak kompak gitu. Padahal lagunya sama.

Tapi terlepas dari video klip jaman dulu, lagu-lagu lawas yang saya cari ini masih enak didengar sekarang ini. Meskipun ada yang pake aransemen-aransemen khas jaman dulu, sama kata-kata yang masih baku dan terkesan sopan, tapi tentu aja lagu-lagu lawas masih punya tempat di hati orang-orang yang pernah melewati tahun-tahun itu.

Rumah Teman

Posted: 23 Februari 2018 in Pengalaman
Tag:, ,

Dulu waktu sekolah saya punya kebiasaan kalo main ke rumah temen nggak langsung ke rumahnya, soalnya saya punya kecurigaan berlebihan kalo jangan-jangan itu bukan rumah temen saya lagi, dia pindah rumah nggak ngasih tau saya.

Akhirnya saya cuma mondar-mandir di depan rumah dia naik sepeda, sampe temen saya tau kalo saya lewat. Kalo udah 2 jam mondar-mandir temen saya nggak keluar, ya saya pulang aja.

Besokannya di sekolah saya cerita aja kalo kemarin lewat depan rumah dia, tapi rumahnya lagi nggak ada.

Waktu itu saya pernah mau main ke rumah salah seorang teman sekolah saya. Rumahnya lumayan jauh, saya ke sana juga naik sepeda. Seperti biasa, nyampe di rumahnya bukannya langsung ke rumah, tapi mondar-mandir dulu di depan rumah. Akhirnya saya malah ketemu teman saya bukan di rumahnya. Temen saya pas main ke rumah tetangganya, mau pulang, ngeliat saya lewat terus dipanggil.

Itu yang berhasil ketemu, yang nggak ketemu, sering! Lebih sering saya menghabiskan waktu buat mondar-mandir di jalan daripada main ke rumah temennya.

Nggak tau juga kenapa, tapi mungkin karena saya orangnya pemalu dan kurang percaya diri. Saya jadinya nggak berani kalo misalnya main ke rumah temen, terus ketemu keluarganya dan ngomong ‘Pak, si Agan ada?’, atau ‘Bu, mau ketemu si Agan bisa?’. Kayanya itu bukan tipe saya banget yang kaya gitu.

Kalo main ke rumah teman saya lebih suka janjian dulu, saya minta nunggu di depan rumah di jam janjian itu, baru berasa nyaman. Kalo nggak, ya kaya yang di atas tadi, mondar-mandir di depan rumahnya.

Karena juga saya orangnya takut salah rumah. Ini kalo saya belum pernah ke rumah teman saya, dan saya disuruh nyari rumah dia pake tanda-tanda yang udah dia kasih tau. Nggak apa-apa sih kalo misalnya salah, tapi perasaan saya jadi agak kurang nyaman gitu.

Kalo sekarang gampang ya nyari temen yang mau main ke rumah dia. Tinggal kirim SMS atau chat WhatsApp, beres! Kalo dia pas nggak ada di rumah jadi nggak repot mondar-mandir di depan rumah dia. Atau kalo rumah dia pindah, saya kan bisa dikabarin.

Cek

Posted: 29 November 2017 in Pengalaman
Tag:, ,

Ada kalanya sebuah keunggulan dari sesuatu itu nggak perlu kita uji. Ada kalanya membaca petunjuk itu penting. Kedua hal ini lupa diperhatikan sama seorang teman saya.

Ceritanya dimulai saat teman saya membeli telepon genggam, merknya Blackview. Katanya dia beli dari Singapura, pengiriman memakan waktu sekitar 2 mingguan. Harganya 3 juta rupiah. Keunggulan dari hape ini adalah dia kuat, semacam hape buat kegiatan petualangan, tahan air, tahan banting, dan udah punya fitur-fitur canggih, selayaknya telepon pintar pada umumnya.

Hari itu hari Jumat, hape yang dia beli baru saja sampai di rumahnya setelah perjalanan jauh. Karena penasaran dengan keunggulan yang ditawarkan, dia berniat mencoba ketangguhan telepon itu dengan mencelupkan hapenya ke air. Tanpa memeriksa apapun yang ada dalam kemasan hape tersebut, tanpa ragu dia memasukkan hape itu ke dalam sebuah wadah yang berisi air. Kemudian dia tinggal keluar buat sholat Jumat.

Pulang dari masjid, hape tadi diangkatnya dari dalam wadah. Dan keadaan hape tersebut cukup mengenaskan bagi sebuah hape. Air udah masuk di mana-mana. Sebelum teman saya tadi memutuskan untuk marah-marah, karena hapenya tidak sesuai dengan spesifikasi yang ditawarkan, dia meraih kemasan hape tadi dan mengambil buku manualnya. Sambil membaca buku manual, dia melihat sesuatu dalam sebuah kemasan plastik kecil, isinya sekrup kecil berjumlah 4 buah.

Akhirnya dia menyadari, bahwa sekrup itu adalah pengaman terakhir dalaman hape tadi dari dunia luar yang ganas. Sekrup itu harus dipasangkan pada bagian belakang hape, yang memang ada lubangnya berjumlah 4. Namun tentu saja, nasib sudah menjadi bubur. Yang dia lakukan akhirnya hanya bisa keliling mencari suku cadang pengganti hapenya yang udah kemasukan air tadi. Tapi karena hape bermerk Blackview masih amat sangat jarang di Kediri yang punya, toko-toko aksesoris hape tidak ada yang menjual suku cadangnya.

Saya berkunjung ke rumah teman saya tadi malam harinya. Dia cerita panjang lebar tentang peristiwa seharian itu ke saya. Saya juga sempat memeriksa hape yang nahas tadi. Hapenya emang bagus banget, dipegang lumayan berat, dan keras. Cocok dengan spesifikasinya yang tahan banting. Saya lihat bagian dalamnya yang banyak pelindungnya, jadi kalo bagian belakang hape tersebut dipasang ke badan hape, ada semacam seal yang melindungi bagian dalaman hapenya.

Tapi kuncinya, tentu saja, di 4 buah sekrup yang harus dipasang ke lubangnya. Tanpa itu, semua percuma. Uang 3 juta hilang begitu aja, terendam air di sebuah wadah plastik. Saya hanya bisa berharap, semoga bukan saya yang mengalami kemalangan seperti ini di masa-masa yang akan datang.

Komputer

Posted: 25 November 2017 in Pengalaman
Tag:, ,

kartun-komputer1Seingat saya saya sudah pengen banget punya komputer sejak saya masih TK. Saya ingat waktu itu saya minta dibelikan komputer ke orangtua saya, padahal saya sendiri belum tau alat komputer itu buat apa sebenernya. Cuma tau dari gambar di majalah anak-anak aja waktu itu.

Dan saya ingat gimana sensasi berhadapan dengan perangkat komputer untuk pertama kalinya. Pelajaran komputer mulai ada di SMP, jadi itulah pertama kali saya berkenalan dengan komputer. Saya duduk di bangku paling depan, dengan 2 teman sekelas saya. Di depan saya ada seperangkat alat komputer, monitor segede tipi, di atas sebuah kotak putih dengan beberapa tombol dan slot. Di depannya teronggok keyboard yang posisinya dibalik, sehingga saya kesulitan mencari tombol huruf A.

Dasar anak SMP yang penuh penasaran ya, kami bertiga sebangku malah sibuk menjahili keyboard dengan mencoba memencet-mencet seluruh tombol yang ada. Pas saya lihat sekeliling, ternyata semua teman saya juga gitu. Sampai-sampai guru saya memperingatkan agar jangan bermain dengan keyboardnya, harganya jutaan! Jutaan? Kami saat itu nggak bisa membayangkan sampai berapa jutaannya, tapi yang jelas kami nggak lagi-lagi main-main sama keyboard-keyboard itu.

Seiring berjalannya waktu kami sudah mulai praktek dengan perangkat komputer ini. Yang saya pengen tau banget waktu itu adalah bagaimana bikin sebuah file, bagaimana cara main game, sampai penasaran bagaimana main internet. Sampai-sampai saya sok-sokan mengetik sebuah alamat situs, terus saya enter, nggak muncul apa-apa! Maklum, kan komputernya masih pakai sistem DOS, ya mana mau mereka nurut ke kita.

Jaman sekarang, murid-murid pelajar komputer yang sering saya temui mungkin juga seperti saya waktu itu, pengennya cepet bisa, cepet menguasai program, sampai pengen ngapain aja. Itu yang saya rasakan waktu dulu pernah jadi instruktur kursus komputer. Saya mencoba merumuskan tahapan pembelajaran untuk para peserta kursus mulai dari yang sangat dasar dan mungkin sulit, kalau perlu dimulai dari beli komputernya di mana. Setelah itu baru bertahap ke langkah-langkah yang lebih mudah.

Tapi nggak semua peserta kursus bisa ngikutin. Saya pernah punya murid yang baru dapat pelajaran menyalin, memotong, dan menempel file, eh dia protes karena nggak segera ada pelajaran mengetik. Setelah itu dia nggak balik lagi masuk kursus. Mana belum bayar lagi!

Dan sekarang ini bekerja komputer seolah-olah menjadi aktifitas sehari-hari, apalagi saya. Bagi saya bekerja dengan komputer nggak lagi harus bisa aja, tapi udah lebih ke dituntut harus mengerti. Karena banyak banget fitur komputer yang jarang orang pake. Banyak orang yang taunya cuma buat ngetik sama main game tetris pake komputer, padahal spesifikasi komputernya tinggi. Ada yang beli laptop berharga jutaan rupiah, tapi dipake untuk hal-hal yang standar aja. Ya itu sebenernya hak masing-masing ya, tapi alangkah kerennya kalo punya barang bagus dengan keterampilan yang sepadan juga.