Posts Tagged ‘kota kediri’

dingdongSore hari. Halaman UFO Department Store di perempatan alun-alun kota Kediri dipenuhi nggak hanya kendaraan yang parkir di sana, tapi juga permainan-permainan anak-anak. Beberapa permainan berbasis motor listrik seperti kincir atau kereta, ada pula permainan berbasis balon besar. Semakin malam, semakin ramai dengan hadirnya anak-anak yang bermain di situ.

Jadi teringat, di masa kecilku dulu ada sebuah tempat yang hampir mirip seperti itu, sebuah arena permainan. Orangtuaku sering mengajakku ke situ. Saat itu aku nggak tau apa nama tempat seperti itu, tapi karena orangtuaku sering menyebutnya ‘Supermarket’, aku jadi ngikut nyebut gitu. Padahal aku nggak tau apa artinya itu supermarket. Apa aja di dalamnya? Mobil-mobilan goyang di tempat, mobil-mobilan baterai yang bisa digunakan keliling, kereta listrik yang memutar melalui rel, serta beberapa permainan ding-dong, itu yang aku ingat.

Suatu ketika aku nggak lagi sering diajak ke situ. Bahkan kemudian aku lupa di mana tepatnya tempat tersebut. Yang aku tau dari orangtuaku bahwa tempat itu nggak lagi digunakan sebagai pusat permainan anak-anak. Perlu beberapa waktu untuk kemudian saat aku mulai bisa main ke mana-mana sendiri, aku menemukan gedung bekas tempat permainan tersebut. Gedung itu dalam keadaan tertutup pagarnya, dan nggak keliatan ada tanda-tanda kehidupan.

Jelas tempat-tempat seperti itu sekarang ini banyak bermunculan di berbagai tempat, terutama di mal dan pusat perbelanjaan. Sampai sekarang kalo ingat mobil-mobil goyang di tempat (mungkin mirip dengan yang terpasang di odong-odong), aku masih ingat bagaimana aku menemukan sebuah lubang kecil tipis yang kemudian aku masuki uang koin di dalamnya, kemudian dengan wajah ceria anak-anak aku tersenyum kepada orangtuaku yang memperhatikan tidak jauh dari situ.

ATM pengemisDari sebuah berita yang aku baca dari radio, dilaporkan bahwa Kediri adalah daerah yang masih sangat berprospek bagus bagi pengemis. Kabarnya para pengemis itu tidak hanya berasal dari daerah Kediri saja, tapi dari daerah-daerah luar sekitar Kediri yang ber’migrasi’ tempat kerjanya ke daerah Kediri, terutama Kediri Kota. Hari Jum’at adalah hari di mana para pengemis melimpah terutama di daerah pusat kota dan pusat pertokoan Kota Kediri, seperti di Jalan Dhoho dan sekitarnya.

Maklum saja, hampir di setiap toko memasang tulisan ‘Selain Jum’at Ngamen Gratis’, yang ternyata tidak hanya ditujukan buat pengamen saja, tapi juga buat para pengemis. Sehingga ada dugaan semacam kegiatan pengemis yang terkoordinir, dikarenakan saking banyaknya pengemis yang turun ke jalan pada hari itu. Tak jarang pula ada anak-anak kecil yang ikut berkeliling dari toko ke toko.

Selain pengemis ‘rutin’ di hari Jum’at, ada juga pengemis ‘reguler’ yang beroperasi di beberapa perempatan lampu merah. Meskipun sudah ada larangan berupa tanda dan tulisan, namun tetap saja masih ada pengemis yang bekerja di lampu merah, menunggu lampu berwarna merah menyala, kemudian berkeliling ke mobil-mobil yang sedang parkir menunggu menyalanya lampu hijau. Di daerah kerja ini juga ada anak-anak kecil yang ikut memadati area ini. Terkadang bukan hanya mobil saja yang dimintai, pengendara motor juga dimintai meskipun agak jarang.

Bukan hanya larangan beroperasi bagi pengemis saja, ada juga larangan memberikan uang bagi para pengemis yang ada di perempatan ini, agar tidak mengajarkan kebiasaan bagi para pengemis untuk turun ke jalan, terutama di perempatan. Ironisnya, dari para pengemis ini ada beberapa pelajaran yang bisa diambil (tentunya bukan pelajaran meminta-minta). Yang pertama adalah berbaik sangka. Saat seorang pengemis menghampiri sebuah mobil, yang kemudian si pengemudi mobil tidak memberikan apapun kepada pengemis selain lima jari (tanda tidak memberi), sang pengemis dengan baik sangkanya akan tetap menuju ke mobil berikutnya, tetap berpikir bahwa mungkin mobil berikutnya akan memberikan sesuatu kepadanya. Demikian seterusnya sampai lampu hijau menyala.

Yang kedua adalah konsisten. Saat perputaran proses di atas dilakukan, entah mendapatkan sesuatu atau tidak, di lampu merah selanjutnya dia akan melakukan hal yang sama, terus menerus sampai ‘jam kerjanya’ habis, siklus memutar mungkin juga akan terjadi di hari berikutnya, dan hari berikutnya pula, entah di tempat yang sama atau beda tempat.

Tentunya kita diharapkan tidak menyerah, saat dalam sebuah proses yang berjalan kita mengalami sebuah kegagalan atau penolakan. Seharusnya kita tetap menumbuhkan baik sangka, bahwa dalam proses perjalanan selanjutnya akan ada keberhasilan meskipun hanya sekali. Dan juga tetap konsisten dalam melakukan sebuah pekerjaan yang hasilnya belum tentu kita berhasil atau tidak. Seseorang yang mengalami 2000 kali kegagalan untuk mencapai 1 kali keberhasilan tidak bisa dikatakan gagal total, karena dia telah menemukan 2000 cara meraih keberhasilan. Tetap berbaik sangka dengan keberhasilan yang mungkin akan datang, dan konsisten dengan usaha yang dilakukan.