Posts Tagged ‘Indonesia’

fanti-nina-boboSebenarnya bingung dengan lagu ini, Nina Bobo. Yang jadi kebingungan adalah kenapa harus Nina aja yang bobo, gimana dengan yang lain? Karena penasaran kan aku jadi browsing cari-cari tau gimana sejarah lagu ini. Eh malah yang ketemu cerita-cerita mistis di balik itu. Tapi di sini aku nggak akan ngebahas cerita mistisnya sih, soalnya kalo orang bilang itu kurang ilmiah. Mengesampingkan cerita-cerita horor tentang lagu Nina Bobo ini, ada beberapa hal yang bisa kita analisa dari lagu ini.

Pembahasan yang pertama, ada yang hapal lirik lagu Nina Bobo? Menurut Wikipedia setidaknya ada dua versi lirik lagu Nina Bobo ini. Versi pertamanya adalah:
Nina bobo oh nina bobo
kalau tidak bobo digigit nyamuk.
Marilah bobo oh nona manis,
kalau tidak bobo digigit nyamuk.

Sedangkan versi keduanya adalah:
Nina bobo oh nina bobo
kalau tidak bobo digigit nyamuk.
Bobolah bobo adikku sayang,
kalau tidak bobo digigit nyamuk.

Ada lagi versi bahasa Belandanya, yaitu:
Slaap meisje, oh slaap, meisje (tidurlah gadis, o tidur, gadis)
als je niet gaat slapen, zul je door een mug gestoken worden. (jika kamu tidak segera tidur, kamu akan disengat seekor nyamuk)
Laten we gaan slapen, oh lief meisje, (tidurlah tidur, o gadis manis)
als je niet gaat slapen, zul je door een mug gestoken worden. (jika kamu tidak segera tidur, kamu akan disengat nyamuk)

Pembahasan yang kedua adalah ini sebenarnya lagu anak-anak, fungsinya biasanya dipakai sebagai lagu pengantar tidur anak-anak. Tapi tau nggak, bahwa sebenarnya lagu ini nggak pantas diajarkan buat anak-anak? Biasanya kita dilarang mengajarkan ancaman buat anak-anak biar mereka nggak menganggap hal itu adalah menakutkan atau patut dihindari ke depannya. Tapi lagu ini malah mengajarkan ancaman. Coba liat di salah satu baitnya, ‘Kalau tidak bobo digigit nyamuk’, ini kan ancaman! Jadi si anak ini harus milih salah satu, segera bobo atau rela digigit nyamuk. Dan anak yang baik pasti milih yang pertama.

Pembahasan yang ketiga masih ada hubungannya sama tulisanku yang sebelumnya, soal fitnah kepada nyamuk. Ingat, nyamuk itu menghisap, bukan menggigit!

Pembahasan keempatnya masih ada hubungannya sama pembahasan yang ketiga, masih soal nyamuk. Yang kita tau itu nyamuk nggak akan milih-milih mangsanya, entah itu dia nggak tidur atau sudah tidur, tetep aja dia hajar. Kalo di lagu ini dibilang ‘Kalau tidak bobo digigit nyamuk’, atau harusnya ‘Kalau tidak bobo dihisap nyamuk’, udah tidur pun nggak jaminan itu nyamuk nggak menyedot darah kita.

Pembahasan terakhirnya ada hubungannya sama cerita mistisnya. Dari hasil browsing aku menemukan setidaknya ada tiga cerita di balik nama Nina ini, dua di antaranya yang berhubungan dengan mistisnya. Yang satu namanya Helenina Mustika Van Rodjnik, yang satu lagi namanya Nina Van Mijk. Persamaan dari kedua nama ini adalah keduanya sama-sama keturunan Belanda dan sama-sama dipanggil Nina. Mitosnya kalo ada yang nyanyiin Nina Bobo buat anaknya sebelum tidur di malam hari, maka arwah Nina (nggak tau Nina yang mana) akan menjaga anak itu biar tidur nyenyak sampai pagi.

Dari sini timbul pertanyaan, sebenarnya ada berapa stok arwah Nina yang tersedia? Misalnya gini, di sebuah gang ada 20 anak kecil, 10 di antaranya pas mau tidur dinyanyiin lagu Nina Bobo. Jadi seenggaknya harus ada 10 orang (atau apa?) arwah Nina yang harus menjaga anak-anak di dalam gang ini satu per satu. Ini masih di satu gang, gimana satu kelurahan? Kalopun cerita kedua anak Belanda itu benar-benar ada, mungkin bisa dibagi tugasnya masing-masing ya. Tapi tetep aja, harus punya banyak stok buat ngejagain semua anak di Indonesia ini yang ditidurkan pake lagu Nina Bobo.

Oya, ada satu versi lagi asal mula judul Nina Bobo yang aku dapat, dan sebenarnya aku lebih cenderung ke versi ini. Karena selain sumbernya lebih valid, ini juga lebih ilmiah. Nina Bobo adalah sebuah lagu pengantar tidur dari Indonesia yang bercitrakan irama keroncong. Lagu ini juga dikenal di luar Indonesia, misalnya di Negeri Belanda. Lagu ini dipopulerkan oleh Anneke Grönloh dan Wieteke van Dort. Dalam Bahasa Indonesia, kata-kata yang digunakan untuk menidurkan dalam lagu ini adalah nina-bobo(k) atau nina bobo. Kata kerja seperti “meninabobokkan”, yang juga berasal dari lagu ini, memiliki arti “menyanyikan lagu untuk menidurkan”. Penggunaan kata tersebut spesifik hanya di Indonesia. Sementara itu, dalam Bahasa Melayu, “meninabobokkan” diterjemahkan menjadi dodoi.

Kata “nina” seringkali dikira merupakan nama sebuah gadis. Kata tersebut sebenarnya berasal dari bahasa Portugis menina, yang meskipun juga memiliki arti gadis tetapi bukanlah sebuah nama. Namun, lagu ini dinyanyikan baik untuk anak pria maupun wanita tanpa membeda-bedakan. Beberapa kata Indonesia diserap dari bahasa Portugis; misalnya juga pada kata Nona. Semenjak abad ke-16, bangsa Belanda dan Portugis menuju ke India Timur dan meninggalkan jejak mereka dalam segi bahasa serta kultur budaya.

Kata “bobok” atau “bobo” berasal dari bahasa China. Kata Indonesia yang baku adalah “tidur”, sementara kata “bobok” lebih jarang digunakan dan umumnya hanya diterapkan pada anak-anak. Berdasarkan pada lirik lagu, seekor nyamuk akan menggigit si anak jika tidak segera tidur. Ada lelucon bahwa binatang lain selain nyamuk, yaitu toegezongene, yang akan menggigit.

Referensi:
1. Nina Bobo
2. Sejarah Mengerikan di Balik Lagu Nina Bobo
3. Asal Usul Lagu Nina Bobo

Sebagai seseorang yang bikin tulisan di blog, sesekali aku juga punya cita-cita menyusun buku sendiri. Sesekali sih, soalnya dulu udah pernah nulis buku, banyak malah, pas sekolah dulu. Judulnya ‘Buku Tulis Pelajaran Bahasa Indonesia’, ‘Buku Tulis Pelajaran Matematika’, dan beberapa lagi. Pas dijual, eh laku banget lo! Yang beli ya itu, tukang loak, tukang barang bekas, beberapa teman juga. Kalo yang dibawa teman sih bukan beli dia, tapi minjem dan nggak balik.

Tapi seperti halnya tulisan di blog, aku ini termasuk orang yang bisa bikin konsep dan ide awal, tapi sulit mengembangkan dan bikin akhirannya yang pas. Dulu pernah bikin yang buku judulnya ‘Pelajaran Matematika’ tadi, nggak ada akhirannya, soalnya akhirannya waktu itu ujian nasional, nggak sempat ditulis di buku.

Nggak tau kenapa, kalo bikin cerita itu dari awal sampai tengah-tengahnya aku bisa banget. Soalnya kan emang di setiap cerita pas bagian awal sampai tengah itu isinya banyak yang nggak jelas gitu, begitu sampai akhir baru ketauan ini cerita mau dibawa ke mana. Ibaratnya benang, pas awal itu agak kusut, tengahnya kusut banget, dan akhirnya kekusutan itu diurai. Kalo cerita yang aku bikin, berawal dari agak kusut, kusut banget, terus hampir akhir ujung yang bikin kusut itu nggak ketemu dan akhirnya benang kusut ini dibuang. Nggak ada akhir lain selain nggak berlanjut.

Itu terjadi dulu aku kan pernah bikin cerita. Karena penggemar anime dan manga, aku bikin alur cerita kaya anime yang aku tonton atau manga atau aku baca. Awalnya bikin cerita yang alurnya kaya kartun Saint Seiya, eh ternyata filmnya nggak lanjut sampai habis, begitu juga ceritaku. Terus bikin cerita petualangan yang kaya manga apa gitu aku lupa, kan aku nggak langganan itu manga, jadinya ceritanya juga nggak lanjut.

Kalo ada yang pernah baca beberapa tulisan-tulisan di blogku ini dan nemuin akhiran tulisan yang nggantung nggak ada solusinya, ya itulah ciri khasku. Aku nggak bilang itu sebuah kelebihan, tapi sebenernya aku berharap ada yang posting komen buat nyempurnain tulisan itu. Setidaknya ada usul dan saran, atau mungkin kritik lah buat tulisanku itu, biar mungkin kalo bisa dimasukkan ke tulisan sebagai solusi masalah yang aku buat di awal tulisan kan lumayan.

Tapi sekedar info aja, bentar lagi aku mau bikin buku lo! Judulnya sih nggak keren-keren amat, ‘Jurnal Perjalanan Dinas’, isinya laporan perjalanan dinas para karyawan di kantorku. Yang nulis aku sendiri dengan tangan kananku yang bermanfaat ini, pake tulisan tanganku sendiri. Semoga jalan sih, buat bahan pelaporan kegiatan di kantor.